Unilever Ikutan Boikot Pasang Iklan Digital di Facebook, Ada Apa?
(Foto: dok. Unsplash)
Uzone.id -- Raksasa multinasional Unilever memutuskan untuk memberhentikan pemasangan iklan digital perusahaan di media sosial populer seperti Facebook, Instagram hingga Twitter sampai akhir tahun 2020. Kira-kira apa alasannya?Sebelum Unilever, perusahaan Coca-Cola Company telah mengambil langkah serupa dengan menunda beriklan digital di platform Facebook.
Perusahaan sebesar Unilever yang menaungi ragam brand rumah tangga dan makanan diketahui terbiasa mengeluarkan dana sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp14 triliun setiap tahun untuk kepentingan promosi brand melalui berbagai iklan.
Ketika kabar Unilever memboikot Facebook, saham perusahaan Mark Zuckerberg itu langsung anjlok lebih dari 7 persen.
Ini semua berawal dari kampanye online bertajuk “Stop Hate for Profit” yang menggema di Amerika Serikat. Pada dasarnya, kampanye tersebut mengajak para brand internasional yang terbiasa mengeluarkan anggaran untuk beriklan di media sosial besar, khususnya Facebook, agar menunda aktivitas beriklan pada Juli mendatang. Secara halusnya, mereka meminta solidaritas para brand agar tidak beriklan di Facebook.
Baca juga: Coca-Cola Company Tunda Seluruh Iklan Digital di Facebook
Para aktivis merasa Facebook sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan platform raksasa, belum cukup bijak dalam menyikapi peristiwa rasisme yang terjadi di AS.
“Mereka [Facebook] membiarkan hasutan kekerasan yang melawan para demonstran yang berjuang demi keadilan isu rasial di Amerika setelah kasus George Floyd, Breonna Taylor, Tony McDade, Ahmaud Arbery, Rayshard Brooks, dan masih banyak lagi,” tulis situs stophateforprofit.org.
Dari sini, Facebook dianggap menutup mata terhadap penindasan yang dialami para pejuang keadilan sosial dan rasial di AS.
“Apakah Facebook bisa melindungi dan mendukung pengguna kulit hitam? Bisakah Facebook menyebut penyangkalan Holocaust sebagai kebencian? Bisakah Facebook membantu bersuara? Mereka tentu bisa. Tapi mereka secara aktif memilih untuk tidak melakukannya. 99 persen pendapatan USD 70 miliar Facebook berasal dari iklan. Sekarang para pengiklan akan mendukung siapa? Mari beri pesan kuat untuk Facebook: keuntunganmu tidak akan pernah sepadan dengan mempromosikan kebencian, kefanatikan, rasisme, antisemitisme, dan kekerasan,” begitu tulisan di dalam situs kampanye tersebut.
Terkait hilangnya iklan digital dari deretan brand ternama, juru bicara Facebook mengaku perusahaan akan selalu memperbarui kebijakan platformnya.
Baca juga: Giliran Facebook Kebagian Tampilan Dark Mode
“Kami berinvestasi miliaran dolar setiap tahun untuk menjaga komunitas kami aman dan terus bekerja sama dengan para pakar di luar sana untuk mengulas dan memperbarui kebijakan kami. Kami tahu ada banyak yang harus dilakukan, dan kami akan melanjutkan kerja sama dengan kelompok hak sipil dan pakar lainnya untuk mengembangkan teknologi dan kebijakan untuk sama-sama berjuang,” begitu ucap juru bicara Facebook kepada NBC News.
Selain Facebook, Unilever turut memboikot Twitter untuk tidak beriklan di platformnya. Pihak Twitter tidak berkomentar banyak terkait hal ini.
“Kami menghormati keputusan para partner dan akan melanjutkan kerja sama dan komunikasi secara dekat dengan mereka selama masa ini,” tutur VP Global Client Solutions Twitter, Sarah Personette, seperti dikutip The Verge.
Sementara dari sisi Unilever, perusahaan mengaku akan mengelola rencana investasi iklan mereka dengan mengubah pengeluaran ke media lain.