Home
/
Travel

Tulang Mayat Berserakan di Pulau Kuburan Massal New York

Tulang Mayat Berserakan di Pulau Kuburan Massal New York

Jofie Yordan05 May 2018
Bagikan :

Pulau Hart, sebuah pulau yang merupakan bagian dari kota New York, Amerika Serikat. Mungkin kamu belum tahu, jika Pulau Hart ternyata memiliki julukan unik, yaitu 'Island of the Dead', yang berarti 'Pulau Orang Mati'.

Julukan tersebut memang pantas diberikan untuk pulau seluas 409 ribu meter persegi tersebut. Mengapa? Karena Pulau Hart merupakan sebuah kuburan massal yang digunakan untuk mengubur mayat yang tidak teridentifikasi, tidak diakui oleh keluarganya, atau untuk keluarga yang tidak mampu membayar biaya pemakaman sejak tahun 1881.

Meski pulau ini menjadi lokasi kuburan massal, tetapi tidak ada kuburan pribadi dan batu nisan di pulau ini. Ketika seseorang meninggal, mereka akan dimasukkan ke dalam peti sederhana dan dikuburkan begitu saja, disatukan dengan mayat-mayat lainnya.

Setiap tahunnya, ada 1.000 mayat yang dikubur di Pulau Hart.

Pulau ini dikelola oleh New York City Department of Correction (DOC) dengan bantuan dari para narapidana yang menjalani masa tahanan di Pulau Rikers. Para narapidana ini bertugas untuk mengubur mayat-mayat.

Namun belakangan, kondisi pulau ini terancam akibat adanya erosi yang juga menyebabkan tulang-tulang orang yang dikubur jadi bermunculan, keluar dari kuburnya.

Preview

Melinda Hunt dari Hart Island Project berkunjung ke pulau ini pada pertengahan bulan April lalu dan memotret keadaan terbaru Pulau Hart dari perahu. Ia mendengar dari DOC bahwa pantai di Pulau Hart sudah berubah menjadi pantai tulang.

“Tulang belulang benar-benar bermunculan begitu saja dari tanah,” kata Hunt.

Menurut laporan Associated Press, antropolog forensik bersama New York City Office of the Chief Medical Examiner (OCME) kemudian memeriksa tempat tersebut dan menandai titik-titik lokasi tulang-tulang itu bermunculan dengan bendera.

Mereka kemudian mengumpulkan 16 tulang pinggul, 31 tulang kaki, enam tengkorak, dan enam tulang rahang.

Sejak beberapa tahun belakangan, badai dan banjir telah membuat kerusakan di pulau ini. Salah satunya adalah ketika Badai Sandy menyerang kawasan tersebut pada tahun 2013.

Para arkeolog berencana untuk mengunjungi pulau ini setiap bulan untuk memantau keadaannya. Rencana untuk menstabilisasi wilayah di sepanjang garis pantai yang terkena erosi pun tengah dimatangkan.

Federal Emergency Management Agency (FEMA) mengucuran dana hingga 13 juta dolar AS untuk proyek ini.

populerRelated Article