Transaksi Tol Tanpa Uang Tunai Dimulai 31 Okbter
Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) akan menghapus transaksi tunai di semua gardu tol di seluruh Jabodetabek. Transaksi tanpa uang tunai atau cashless akan resmi diberlakukan tanggal 31 Oktober.
Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna mengatakan, peralihan transaksi dari tunai ke transaksi non-tunai ini tidak lain demi meningkatkan pelayanan kepada setiap pengguna jalan tol. Di mana, saat ini kata dia, ada sekitar lima juta kendaraan beroposisi di setiap harinya sehingga membuat interaksi di jalan tol semakin kompleks.
"Dengan volume yang demikian besar tadi jika dilihat dari sisi penggunanya kalau penggunanya memakai uang tunai waktu yang dibutuhkan lebih lama yang akhirnya berakibat kepada kemacetan," kata Hery saat menyampaikan pendapatnya saat diskusi dengan tema Pelaksanaan Kebijakan Transaksi Non-Tunai Bagi Pengguna Jalan Tol di Gedung B (Hall A & B) Lantai 1, Kantor Pusat Jasa Marga Plaza Tol TMII, Jumat (8/9).
Herry mengatakan memang banyak resiko dialami para pengguna tol dan petugas operator tol jika transaksi tunai masih diberlakukan di jaman sekarang ini. Resiko dari sisi pengguna waktu tempuh menjadi lama sementara resiko untuk petugas operator tol sendiri ialah membawa uang tunai dari satu tempat ke tempat lain sesuai banyaknya gardu tol
"Jadi sudah tidak manusiawi sebetulnya jika pada saat sekarang dilakukan transaksi secara tunai," katanya.
Selain meningkatkan pelayanan dan efisiensi waktu jarak tempuh, penghapus transaksi tunai ini juga untuk mendukung gerakan nasional non tunai yang dicanangkan pemerintah melalui Bank Indonesia. Terlebih kata Herry transaksi non tunai dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi sehingga jika diakumulasikan antara efisien dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan terasa manfaatnya bagi masyarakat Indonesia.
"Jadi tanggal 31 Oktober menjadi satu keharusan transaksi di tol menjadi cashless," katanya.
Sementara itu di tempat yang sama Guru Besar FE UI, dan Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali mendukung penuh BPJT menghapus transaksi tunai di jalan tol. Rhenald menyarankan sebelum diberlakukantransaksi cashless, BPJT harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
Rhenald mengatakan, ada dua persoalan jika cashless society di jalan tol minim sosialisasi kepada masyarakat. Pertama pola dari masyarakat Indonesia yang mengambil keputusan last minute. Pola masyarakat yang seperti ini bisa membuat keadaan di jalan tol kacau karena pintu gerbang tol tidak terbuka karena penggunaan jalan masih menggunakan transaksi tunai.
Untuk itu Rhenald meminta penyelenggara menyediakan kartu e-Toll sebanyak-banyaknya, tidak disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang sering beroperasi di jalan tol.
"Karena tidak menutup kemungkinan masyarakat akan membeli tiga kartu bahkan lebih. Satu ditaruh disakunya, satu dipegang sopirnya satu dipegang anaknya," katanya.
Untuk itu Rhenald meminta masyarakat meninggalkan pola-pola last minute terutama ketika akan menggunakan jalan tol. Karena pada tanggal 31 Oktober semua tol akan menggunakan transaksi cashless. Katanya jangan sampai tejadi ketika sudah berada depan dipintu gerbang tidak memiliki kartu transaksi elektronik (e-Toll) sehingga membuat antrian panjang.
"Jadi kita perlu ingatkan bahwa cashless ini ada konsekuensi yang harus diprediksi oleh masyarakat pengguna jalan tol itu sendiri," katanya.
Masalah kedua kata Rhenald BPJT dan BUJT harus komit dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan tol dengan mengeluarkan transaksi cashless. Program transaksi tanpa uang tunai merupakan suatu sinergi yang baik antara BUMN dan swasta sehingga perlu didukung.