Tips Terhindar dari Penipuan Penjualan Online Vitamin Palsu
-
Foto: Christina Victoria Craft/Unsplash
Uzone.id -- Gelombang dua Covid-19 di Indonesia seakan memaksa masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan sebaik mungkin dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang rajin cuci tangan, konsumsi susu dan madu, hingga membeli vitamin di platform online.Nyatanya, kegiatan seperti belanja yang sudah dilakukan secara online selama setahun belakangan ini tak membuat segalanya aman 100 persen. Tetap ada oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum seperti ini untuk menggali keuntungan dengan cara curang.
Belum lama ini marak keluhan netizen yang mengaku ditipu saat membeli vitamin secara online, tak terkecuali di platform e-commerce besar.
Biadab itu yg jualan online malsukan vitamin
— Edo Tirta Winata (@ed_tirta) July 14, 2021
Pathetic bgt ya jadi org Indo. Kyk mesti ada keharusan pasang tulisan “Ori” pas jualan krn bnyk bgt penipuan, bahkan produk vitamin
— Édho (@Rednirwanto) July 14, 2021
Salah satu korban bernama Christina membeberkan bahwa vitamin yang ia beli sejak awal tidak terlihat mencurigakan, sebab si penjual memajang foto vitamin yang memang ingin ia beli. Ternyata produk yang dikirim memiliki kemasan berbeda dan keterangan bahan-bahan yang tak sesuai, serta tulisan yang typo.
Baca juga: Deretan Penipuan Online yang Atas Namakan Covid-19
“Tak hanya produk gak sesuai, tapi palsu juga. Vitamin yang saya beli punya kemasan berbeda dan di bagian ingredients itu ada beberapa tulisan typo juga. Pesannya Vitamin D 10.000 IU, kok ingredients-nya D3+K2,” kata Christina, yang mengunggah pengalamannya di akun Instagramnya, @christinalfiani.
Christina mengaku sebelumnya sudah mengecek produk yang ingin dia beli, lengkap dengan toko penjualnya. Ia memilih toko itu bukan karena harganya yang murah.
“Saya pilih toko itu karena melihat ketersediaan produk yang masih banyak dan layanan pengirimannya yang lebih cepat dari penjual lain,” sambungnya.
Sudah pasti hal yang perlu dilakukan oleh pembeli sebelum melakukan transaksi, mengecek ulang produk yang akan dibeli tersebut.
Pertama, cek kredibilitas toko atau si penjual. Terkadang melihat rating si penjual juga membantu untuk menentukan apakah si penjual ini memberikan layanan sesuai kepuasan pembeli atau banyak kekurangannya.
Kedua, baca deskripsi dengan seksama. Salah satu bentuk perwujudan dari mapannya literasi digital netizen Indonesia dapat diasah melalui kebiasaan membaca deskripsi produk. Jangan langsung terpaku oleh judul produk, karena biasanya ada berbagai detail di bagian deskripsi. Kalau deskripsi tidak lengkap, bisa langsung chat si penjual.
Baca juga: Gencar Dicari, Tabung Oksigen Malah Dijual Jutaan Rupiah di E-commerce
Ketiga, perhatikan ulasan dari pembeli lain. Ulasan atau review pembeli lain yang akan menentukan rating produk ini. Apalagi banyak pembeli yang rajin memberikan ulasan berupa foto atau video dari produk tersebut.
Hal yang kemudian digarisbawahi Christina adalah kebiasaan pengguna agar selalu merekam saat proses membuka paket sampai si kemasan atau produknya di tangan pengguna agar mempermudah proses pelaporan jika pesanan tidak sesuai.
“Kesalahan saya, saya tidak merekam saat membuka paket kiriman ini. Jadi hanya bisa memberikan bukti kalau vitamin ini tak sesuai dan palsu ke marketplace. Mereka langsung menindak dengan cepat, cuma saya gak mendapat refund. Tak apa-apa, yang penting marketplace langsung menindak si penjual,” kata Christina.
Dengan kata lain, kebiasaan untuk merekam proses membuka paket menjadi cukup krusial sebagai bukti tambahan kepada pihak e-commerce agar pengguna tak dirugikan secara materi.
Jika kebetulan sudah menjadi korban, jangan ragu untuk memanfaatkan fitur Lapor atau Report di tiap e-commerce agar si penjual tersebut dapat ditindaklanjuti dan meminimalisir kejadian serupa ke orang lain.
VIDEO: Uzone Talks: Kecerdasan Buatan untuk Indonesia, Ancaman atau Harapan?