The Gospel, Senjata AI yang Dipakai Israel buat Kirim Bom ke Gaza
Foto: Gaza, Palestina
Uzone.id – Penerapan AI di beberapa sektor membawa bahaya nyata terhadap manusia, salah satunya di bidang militer. Baru-baru ini, fakta mengejutkan keluar dari pernyataan pihak Israel yang ternyata menggunakan teknologi AI untuk menargetkan masyarakat sipil di Gaza.
Teknologi AI ini diberi nama The Gospel, dimana Israel menggunakan teknologi machine learning dan komputasi canggih untuk menentukan titik target mereka (yang kebanyakan adalah anak-anak dan wanita).Melansir dari The Guardian, The Gospel ini secara signifikan dapat mempercepat serangan yang mematikan terhadap targetnya. Terbukti dalam pernyataannya, dimana jumlah target yang awalnya hanya 50 dalam satu tahun menjadi 100 target dalam satu hari.
Proses penargetan ini dilakukan dengan cepat dan diklaim lebih baik dalam penentuan targetnya dibandingkan manusia biasanya. Sebut saja pada awal November kemarin, IDF menyebut telah menargetkan lebih dari 12 ribu target di Gaza.
“Kami bekerja tanpa kompromi dalam menentukan siapa dan apa musuhnya,” kata salah satu pejabat IDF.
IDF mengklaim bahwa mereka menggunakan sistem berbasis AI yang disebut Hasbora (The Gospel) dalam perang melawan Hamas untuk menyerang target dengan cepat.
Cara kerja AI ini adalah dengan memberikan rekomendasi penargetan yang diduga sebagai tempat tinggal atau lokasi yang ditinggali oleh Hamas. Setelah itu, Israel akan melakukan serangan udara pada lokasi yang menjadi target.
Serangan udara ini tidak melihat resiko korban jiwa yang akan ditimbulkan, pasalnya dalam keterangan lain, teknologi The Gospel ini seakan memberikan ‘izin’ bagi IDF untuk melakukan ‘pembunuhan massal’ yang menekankan kuantitas dibandingkan dengan kualitas.
"The Gospel telah mengizinkan IDF untuk menjalankan 'pabrik pembunuhan massal' yang penekanannya adalah pada kuantitas dan bukan pada kualitas," kata salah satu sumber.
Alhasil, penargetan ini menyebabkan runtuhnya fasilitas di Gaza dan memakan ribuan korban jiwa yang kebanyakan adalah anak-anak, perempuan dan orang tua tanpa tahu apakah serangan ini benar-benar mengenai Hamas atau tidak.
Teknologi AI ini tentu menimbulkan ketakutan yang tinggi. Pasalnya, ketika mengandalkan alat seperti The Gospel, seorang komandan diberi daftar target yang dibuat oleh sebuah komputer tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut bagaimana daftar ini dibuat dan apakah benar rekomendasi tersebut akan mengenai ‘target’ yang sesuai.
Sama halnya di Israel, dimana mereka melakukan penyerangan secara otomatis dan sesuai dengan rekomendasi tanpa mendalami lebih dulu mengenai target tersebut.
“Kami menyiapkan target secara otomatis dan bekerja sesuai checklist. Ini benar-benar seperti pabrik, kami bekerja cepat dan tidak ada waktu untuk mendalami target,” kata salah satu sumber.
Hingga saat ini, serangan tanpa henti dilakukan oleh Israel ke seluruh wilayah Gaza. Setelah gencatan senjata dilakukan, Israel terus membombardir Gaza dengan bom berdaya ledak tinggi dengan menargetkan tempat penduduk sipil seperti camp pengungsi, sekolah, rumah sakit dan bangunan lainnya.