Startup Travel di Indonesia Diprediksi Bangkit di 2021
-
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Uzone.id - Setelah sempat terpuruk di awal pandemi virus corona (Covid-19), online travel agent (OTA) di Indonesia diprediksi bangkit pada 2021. Banyak OTA, baik dari dalam maupun luar negeri, yang optimis dan tetap berinovasi untuk memulihkan industri pariwisata di tengah ketidakpastian.Tiket.com, OTA Indonesia yang berdiri sejak 2011, adalah salah satu yang antuasias menyambut kuartal empat (Q4) 2020 hingga 2021.
“Kami sangat optimis dalam menyambut kehadiran Q4 karena pemulihan sektor industri pariwisata nasional tengah terjadi,” ujar Gaery Undarsa, Co-founder & Chief Marketing Officer dalam media briefing tentang kinerja dan rencana bisnis tiket.com pada Q3 dan Q4 2020, Senin (2/11/2020).
Baca juga: Daftar Startup yang Diprediksi Bakal Bertahan di 2021
Data internal OYO juga mencatat membaiknya performa hotel OYO di Indonesia secara perlahan, dengan tingkat okupansi per bulan Agustus 2020 meningkat sebanyak 70 persen dari titik terendah di bulan April 2020, meskipun peningkatan tersebut masih di angka 60 persen dari tingkat okupansi normal sebelum pandemi.
Sementara itu, dari sisi perusahaan modal ventura, OTA juga diprediksi bangkit pada 2021. Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id beberapa waktu lalu, Head of Investments, MDI Ventures, Winston Adi menyatakan bahwa kalau pariwisata dibuka lagi, masyarakat pasti akan jalan-jalan.
Hal ini tentu akan mempengaruhi performa OTA di Tanah Air. “Jadi kalau misalnya sudah dibuka lagi, pasti akan berjalan lagi. Jadinya travel recover-nya akan very very fast dan mungkin akan kembali ke proyeksi sebelumnya, pada tahun sebelum covid. jadinya masih ada peningkatan tapi sesuai ekspektasi,” ujar Winston.
Baca juga: Sebelum Investasi ke Startup, Pemodal Pertimbangkan 4 Faktor Ini
Sementara itu, dalam wawancara khusus dengan Uzone.id di kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amvesindo), Jefri R Sirait juga menyatakan bahwa travel tetap menjadi dibutuhkan masyarakat setelah pandemi Covid-19.
“Apa yang terjadi dengan travel? Di after pandemic menurut saya tetap itu menjadi keseimbangan kita, bahwa konteksnya orang butuh namanya hiburan sebenarnya bukan travel-nya, tapi lebih ke entertaintment. Travel itu adalah one of dari fun-nya,” ungkap Jefri.
Hal itu juga diperkuat oleh laporan terbaru dari McKinsey terkait industri travel dan pariwisata. Laporan tersebut mengungkapkan ada tanda-tanda permintaan laten untuk traveling. Konsumen tertarik untuk untuk berwisata kembali setelahlarangan untuk traveling diangkat, bahkan bersedia untuk melakukannya sebelum vaksin tersedia.
Selain itu, riset dari Blackbox and Dynata mengungkapkan 44 persen dari respondennya saat ini tidak ingin melakukan perjalanan internasional, mereka lebih memilih perjalanan domestik dengan mementingkan faktor kesehatan dan keamanan. Pariwisata domestik juga diprediksi akan semakin diminati saat ini.