Software Mata-mata Buatan Israel Diduga Susupi Ponsel Jurnalis di Dunia
Uzone.id - Sebuah software mata-mata diduga telah menyusup dan mengintai isi konten di dalam ponsel para jurnalis di dunia. Software bernama Pegasus itu mampu mengambil data di dalam ponsel, termasuk pesan yang terenkripsi.
Dilansir melalui Reuters, Senin, 19 Juli 2021, spyware buatan Israel itu diklaim digunakan untuk meretas sekitar 37 smartphone milik para jurnalis, staf pemerintah dan aktivis kemanusiaan di seluruh dunia. Hal ini terungkap dalam sebuah publikasi hasil investigasi 17 organisasi media di dunia.Salah satu media dalam investigasi itu menyebut jijka Pegasus spyware memiliki lisensi berasal dari NSO Group berbasis di Israel. Spyware ini juga diklaim telah digunakan untuk menargetkan ponsel milik dua wanita yang dekat dengan Jamal Kashoggi. Kashoggi sendiri merupakan kolumnis yang ditemukan terbunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Turki pada 2018 lalu.
Baca juga: Soal 279 Juta Data Bocor, Kominfo Panggil BPJS Kesehatan
Ditambahkan Guardian, spyware itu telah digunakan secara luas ke banyak target dan terus berlanjut sampai saat ini. NSO diklaim bertanggung jawab membuat malware yang mampu menginfeksi ponsel untuk mengekstraksi pesan, foto, email, rekaman panggilan, dan diam-diam bisa mengaktifkan mikrofon.
Sayangnya, 17 media yang tergabung dalam Forbidden Story itu tidak merinci siapa yang memerintahkan peretasan melalui spyware tersebut dan apa tujuan utamanya.
Malah, dalam situs resminya, NSO menyangkal jika produknya itu seperti yang dituduhkan 17 media tersebut. Mereka hanya mengatakan jika software tersebut hanya digunakan untuk kepentingan intelijen pemerintah dan penegak hukum untuk memerangi terorisme dan kejahatan lainnya.
"Laporan oleh Forbidden Stories penuh dengan asumsi yang salah dan teori yang tidak didukung, yang menimbulkan keraguan serius tentang keandalan dan kepentingan sumber. Sepertinya 'sumber tak dikenal' telah memberikan informasi yang tidak memiliki dasar faktual dan jauh dari kenyataan," kata perusahaan itu dalam pernyataannya.
"Setelah memeriksa klaim mereka, kami dengan tegas menyangkal tuduhan palsu yang dibuat dalam laporan mereka," tulis pernyataan itu.
Forbidden Story dan Amnesty International sendiri telah mengungkap nomor telepon yang menjadi target. Namun tidak dijelaskan dengan detil bagaimana grup itu bisa mendapatkan daftar tersebut