Seperti Apa Marah yang Sehat?
-
Uzone.id - Kamu pulang kerja tepat waktu kemarin. Ketika tiba di rumah dan sebelum melepaskan sepatu, kamu melihat sebuah televisi besar layar datar tergantung di dinding.
Ternyata, pasangan kamu yang membeli barang mahal itu tanpa bicara dengan kamu terlebih dahulu.Mendapati itu semua, amarah kamu langsung meledak. Adu argumen dengan pasangan terjadi dengan sangat sengit kemudian. Kamu marah. Respons kamu terhadap kemarahan merupakan kebiasaan yang sudah tertanam di otak.
"Semua kebiasaan kita sudah tertanam dalam bentuk koneksi neuron di otak. Jika mengembangkan kebiasaan baru, kita membuat koneksi otak untuk kebiasaan itu menjadi lebih kuat, dan membuatnya menjadi respons yang lebih otomatis," kata Bernard Golden, PhD, psikolog sekaligus penulis Overcoming Destructive Anger: Strategies That Work.
Tapi, kamu bisa melatih otak untuk merespons kemarahan secara konstruktif. Bagaimana caranya?
Bernard menawarkan empat langkah untuk melibatkan pikiran rasional saat marah. Berikut ini langkah-langkah tersebut seperti Uzone.id kutip dari WebMD:
Bernapas dalam-dalam
Kamu akan lebih fokus kepada batin kamu, dan menjauh dari objek kemarahan.
Bangkitkan ketenangan fisik
Anda bisa melepaskan kepalan tangan, dan tidak menegangkan bagian rahang.
Bangkitkan kasih sayang
Kamu perlu mengakui hal apa saja yang mencemaskan. Misalnya dalam kasus di atas, kamu mungkin mencemaskan harga televisi yang cukup mahal. Selanjutnya, cobalah menyalurkan kasih sayang kepada orang yang membuat kamu marah.
“Jadi dia membeli televisi,” kamu mungkin berkata pada diri sendiri. “Biarkan saya bertanya kepadanya sebelum saya sampai pada kesimpulannya.”
Koreksi diri
Kamu mungkin bisa bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya terlalu cepat menyimpulkan bahwa pasangan saya salah?”
Dengan melakukan kiat-kiat di atas, kamu mungkin bisa marah dengan lebih rasional. Hasilnya, tidak akan ada lagi yang sakit hati lantaran kata-kata kasar yang keluar dari mulut kamu saat marah.