Home
/
Lifestyle

Seperti Apa Fantasi Seks Penganut Aseksual?

Seperti Apa Fantasi Seks Penganut Aseksual?
Redaksi Esquire Indonesia20 April 2017
Bagikan :

Pernahkah Anda mendengar istilah aseksual? Atau justru Anda yang mengalaminya? Tidak bermaksud menghakimi, namun fenomena aseksual belakangan kian marak diperbincangkan terkait semakin tingginya gaya hidup individualis, terutama di kalangan masyarakat perkotaan. Namun, pernahkah Anda berpikir seperti apa fantasi seksual mereka yang mengalami fenomena aseksual?

Sebagai informasi, definisi umum aseksual adalah kehidupan seksual seseorang yang tidak berorientasi pada satu jenis kelamin tertentu. Berbeda dengan biseksual, aseksual memiliki kemungkinan fantasi seksual yang lebih luas, bahkan kepada hal-hal yang bukan merupakan benda hidup.

(Baca juga artikel: Fakta & Mitos tentang Anal Seks yang Perlu Anda Ketahui)

Sosiologis Mark Carrigan dari Universitas Warwick mengatakan aseksual terdiri dari dua, yaitu aromantic asexual dan romantic asexual. Kaum aseksual yang aromantic tidak memiliki ketertarikan romantis, dalam banyak kasus mereka tidak suka disentuh, mereka tidak menginginkan semua jenis keintiman fisik. Sedangkan, kaum aseksual yang romantic tidak memiliki ketertarikan seksual, tetapi mereka mengalami ketertarikan romantis. Misalnya, mereka melihat seseorang dan tidak merespon mereka secara seksual, namun mereka ingin berdekatan dengan orang tersebut, mengetahui hal-hal lebih dalam tentang mereka, berbagi apa saja dengan mereka.

Namun, kaum aseksual memiliki satu kesamaan: mereka tidak tertarik untuk berhubungan seks. Yang pasti, kaum aseksual tidak sama dengan orang selibat. Kaum aseksual tidak berhubungan seks bukan karena sengaja atau tidak sengaja; mereka memang sama sekali tidak tertarik dengan hubungan seks.

Preview

Menurut hasil studi ilmiah yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Sosial University of Wisconsin, Amerika Serikat (AS), pada sejumlah responden yang mengaku aseksual, fantasi seks yang kerap dilakukan terkadang terasa ajaib bagi mereka. Berbagai hal mampu meningkatkan gairah ketika momennya tepat, seperti contoh gejala brontophilia yang merujuk pada kebiasaan seseorang mendapat rangsangan hebat saat hujan turun disertai petir. Memang terdengar aneh, namun hal ini banyak terjadi dan mendorong keinginan untuk masturbasi di tengah suasana gemuruh hujan deras.

Hasil studi lain juga menunjukkan temuan yang hampir serupa, yakni sebuah artikel ilmiah yang dimuat di jurnal Archives of Sexual Behavior. Artikel tersebut memuat temuan ilmiah mengenai adanya keinginan segelintir orang untuk melakukan fantasi seksual ketika ada sentuhan di area-area sensitif. Menariknya, sentuhan tersebut bukan hanya sebatas sentuhan antar kulit tubuh, melainkan juga sentuhan dari unsur lain yang terasa di syaraf kulit.

(Baca juga artikel: Fakta Oral Seks yang Perlu Anda Ketahui)

Jika Anda bingung membayangkannya, kami beri contoh tentang fenomena ecosexual yang tengah marak diperbicangkan saat ini. Kegiatan hubungan seksual dengan alam ini, entah itu tanaman atau tanah, merupakan salah satu contoh dari fenomena aseksual. Ada rangsangan tersendiri bagi mereka yang menganutnya mendapatkan sentuhan atau gesekan dari benda-benda alam pada area sensitif di tubuhnya, termasuk pada alat kelamin dan g-spot.

Menariknya, dalam studi yang sama, ditemukan fakta lain bahwa para aseksual cenderung memiliki sifat 'ngemong' yang tinggi terhadap orang lain. Sayangnya, para aseksual disebut memiliki kesulitan untuk melebur dengan cepat dalam lingkup pergaulan. Para aseksual juga (konon) memiliki pendirian yang kuat dan sulit digoyahkan.

(Baca juga artikel: Fakta tentang Pelumas Seksual yang Perlu Anda Ketahui)

Benar atau tidak mengenai hal tersebut, para peneliti ilmu sosial sepakat bahwa masih perlu penelitian panjang untuk membahas secara dalam fenomena aseksual. Bukan hanya dari ranah ilmu sosial, fenomena aseksual juga perlu dilihat dari ranah psikologi, kesehatan masyarakat, dan budaya populer. Ketiga ranah ilmu itu disebut cukup menggambarkan bagaimana perubahan sosial, khususnya yang terjadi di isu seksual, terbentuk dan tersebar luas di masyarakat modern yang kian tipis batasan ruang dan waktunya.

TEKS: HAPPY FERDIAN

FOTO: DOK. ESQUIRE

populerRelated Article