Sepak Terjang Zenius, Edtech Pertama yang Tembus Top 10 Startup Lokal
Ilustrasi foto: Aplikasi Zenius
Uzone.id – Setelah kurang lebih 20 tahun hadir di Indonesia, Zenius memutuskan untuk berhenti beroperasi. Perusahaan mengungkapkan bahwa tantangan operasional di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil menjadi alasan mengapa Zenius harus berhenti beroperasi untuk sementara itu.
Dalam keterangan yang diterima Uzone.id, Rabu (3/1), salah satu pelopor startup belajar online ini menjamin tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan misi mereka untuk pendidikan Indonesia.“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik,” kata Sabda PS.
Untuk mengenal lebih jauh soal Zenius, yuk simak perjalanan salah satu pionir perusahaan edutech di Indonesia ini.
Zenius pertama kali berdiri pada tahun 2004 oleh Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta. Mereka mendirikan bisnis edukasi ini tanpa campur tangan dari pihak eksternal. Selain menjadi pendiri dan CEO, Sabda PS juga tercatat menjadi pemilik dari startup Zenius.
Zenius merupakan platform edukasi online terdepan di Indonesia, yang menawarkan materi pelajaran SD, SMP, SMA, persiapan UTBK, ujian mandiri, hingga upskilling/reskilling profesional.
Pendiri dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS memiliki visi yang sebenarnya tidak rumit, namun implementasinya harus detail sampai ke kulit. Sabda ingin anak-anak di Indonesia bisa berpikir secara kritis di dunia edukasi.
Awal mereka berdiri, Zenius memulai bisnisnya dengan membuka layanan bimbingan belajar biasa atau konvensional. Lalu, mereka merambah ke dunia digital dengan mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital, yakni dalam bentuk CD.
Di 2005 hingga 2006, Sabda cs mulai merambah dunia digital dengan merekam pembelajaran lalu dipasarkan dalam bentuk CD dan DVD. Alasannya? Untuk merambah pasar yang lebih luas lagi. Kemudian, satu tahun setelah itu, tepatnya pada tahun 2007, PT Zenius Education resmi berdiri dan berbadan hukum sebagai perusahaan perseroan terbatas.
Di tahun 2010, Zenius kemudian benar-benar merambah ke dunia digital dengan meresmikan situs pembelajaran online zenius.net yang hingga saat ini bisa kalian akses.
Kehadiran platform digital Zenius di tengah akses internet yang tidak sebesar saat ini tidak membuat Sabda dkk menyerah. Justru, Zenius menjadi salah satu pelopor platform edutech di Indonesia yang terus eksis hingga saat ini.
Di tahun 2011, Zenius kemudian menghadirkan produk Zenius Xpedia 2.0, yang mana produk ini memfasilitasi proses belajar online di zenius.net dan pembelajaran online lewat DVD.
Perkembangan pengguna dan kunjungan ke website Zenius terus mengalami peningkatan secara berkala dari tahun ke tahun. Dalam catatan yang dibagikan Zenius dalam laman resminya, kunjungan di tahun 2011-2012 hanya berkisar di 268 ribu kunjungan dan 1,29 juta video yang ditonton.
Lalu, jumlah tersebut semakin naik dimana pada edisi 2016-2017, kunjungan website mencapai 24,9 juta dan video yang ditonton mencapai 38,3 juta kali belum termasuk video yang ditonton secara online.
Salah satu milestone yang diraih Zenius adalah ketika situs Zenius.net dikunjungi 2.000.000 kali dalam sebulan di tahun 2017, membuat Zenius menjadi perusahaan edutech pertama yang masuk ke Top 10 Startup di Indonesia.
Milestone lain yang diraih oleh Zenius adalah ketika perusahaan ini resmi meluncurkan aplikasi Zenius yang saat ini bisa diunduh di Google Play Store dan App Store agar memudahkan para pelajar mengakses materi yang mereka butuhkan dalam bentuk video di dalam aplikasi.
Demi membantu pelajar ketika masa-masa COVID-19 dan mendukung program belajar dari rumah, Zenius kemudian menggratiskan lebih dari 80 ribu video materi pembelajaran bagi para pelajar Indonesia.
Di tahun 2020, Zenius Education mengumumkan pendanaan yang diraihnya sebesar USD20 juta atau sekitar Rp260 miliar dari tiga investor yaitu Northstar Group, Kinesys Group dan BeeNext. Di 2022 kemarin, Zenius juga mendapatkan pendanaan dari MDI Ventures.
Dengan adanya tambahan pendanaan ini, startup edtech tersebut mengklaim telah mengumpulkan lebih dari USD40 juta sejak Februari 2020.
Pada Februari 2022 lalu, Zenius pun mengakuisisi Primagama, lembaga pendidikan luar sekolah yang sudah berdiri puluhan tahun, akuisisi ini dilakukan untuk menargetkan kehadiran satu outlet di setiap kota/kabupaten di Indonesia pada tahun 2024 mendatang.
Namun, kabar gembira ini tidak berselang lama. Zenius justru harus memangkas sekitar 25 persen (200 orang) karyawan mereka untuk pertama kalinya pada Mei 2022. Berlanjut ke Agustus 2022, dimana Zenius kembali melakukan PHK pada 600 karyawannya.
Kurang lebih 7 bulan setelah putaran PHK kedua, Zenius Education kembali mengumumkan pemangkasan karyawan pada akhir Februari 2023 yang berdampak pada 36 karyawan dirumahkan.
Melansir dari RevoU, Zenius menjadi salah satu startup dengan pertumbuhan jumlah karyawan terbanyak dalam satu tahun. Pertumbuhan jumlah karyawan startup ini mencapai 599 orang dalam setahun. Per tahun 2022, Zenius memiliki total karyawan sebanyak 1.205 karyawan.