Home
/
News
Selamat Milad ke-80 Habibie
Republika25 June 2016
Bagikan :
Preview
Hari ini, Sabtu (25/6), Bacharuddin Jusuf Habibie menggenapkan usianya yang ke-80 tahun. Bukan waktu yang singkat, namun panjang waktu dalam hidup presiden ketiga Republik Indonesia itu banyak memberikan pelajaran bagi negara dan generasi selanjutnya.
Gina S. Noer, penulis skenario Habibie & Ainun sekaligus penulis buku Rudy: Kisah Muda Sang Visioner, memiliki banyak cerita tentang ketokohan Habibie, khususnya hubungan indah antara Habibie dan sang istri, Hasri Ainun Besari. Dalam ungkapan panjang untuk milad ke-80 Habibie, Gina membagi cerita tentang lelaki yang dipanggilnya Eyang kepada Republika.co.id.
Saya belajar dari Eyang bahwa setiap orang harus punya integritas, harus punya keinginan terhadap sesuatu. Bagi saya yang mungkin akan terus saya pelajari dari Eyang adalah ketekunan.
Sosok almarhumah (Ainun) itu pelengkap bagi Eyang. Tidak ada kata lainnya. Yin untuk Yang-nya. Dua orang yang berbeda banget, tetapi ketika mereka punya visi yang sama buat Indonesia, mereka bisa klop banget. Klik banget.
Orang itu kan selalu butuh energi, butuh tempat di mana dia bisa merasa damai, nyaman, untuk ngumpulin energinya lagi. Orang sepintar Habibie, dipanggil lagi ke Indonesia, dan dia punya mimpi besar membuat industri pesawat, bukan sekedar pesawat di Indonesia, kemudian dilawan, ini-itu, masuk politik, dan sebagainya, tentu memiliki energi yang besar.
Bayangkan jika orang dengan energi sebesar itu, tapi enggak punya tempat, rumah, di mana dia bisa jadi dirinya sendiri. Nah, di situ Bu Ainun ada, untuk jadi hati nuraninya, untuk jadi pelindungnya, untuk kenyamanan (bagi Habibie).
Jadi ketika saya bilang melengkapi, itu bukan sekedar ‘oh you complete me’. Enggak semua pernikahan bisa ada di titik ini. Jika dilukiskan dalam satu kalimat sederhana, hubungan Habibie dan Ainun adalah cinta yang dibangun oleh kerja keras.
Suara Ngaji Ainun Temani Habibie
Salah satu 'Anak Intelektual' Habibie, Jusman Syafii Djamal mengaku beruntung bisa dekat dengan Habibie. Ia menilai, Habibie merupakan sosok yang selalu menuntut kesempurnaan dalam bekerja. Pria kelahiran Langsa, Aceh, itu juga membeberkan salah satu pengalaman yang paling berkesan kala menemani Habibie.
Menurutnya, kemana pun pergi, Habibie selalu mengajak almarhumah Ainun, baik saat di Jakarta hingga tugas ke luar negeri. "Setiap malam, ketika kita lagi kerja, jam 11 atau jam 12 itu, Ibu Ainun pasti mengaji. Jadi waktu kita bekerja sambil mendengar suara Ibu Ainun mengaji, baik di Jakarta atau di Amerika," ungkapnya.
Ia mengaku jarang menemukan orang seperti Habibie yang begitu cinta dan sayang kepada sang istri. Pun, Ainun yang tidak pernah berhenti melantunkan ayat-ayat suci, bahkan di Amerika sekali pun.
Habibie juga yang mendorong dia untuk segera menikah. Pada akhirnya, Habibie juga lah yang menjadi saksi pernikahannya. "Pernah dicomblangi, tapi saya cari sendiri," katanya.
Pada 2010, Ainun divonis menderita kanker ovarium. Pada tanggal 24 Maret 2010, Ainun masuk ke rumah sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum Grosshadern, Munchen, Jerman. Di sana dia menjalani sembilan kali operasi.
Pada 22 Mei 2010 pukul 17.35 waktu Munchen, Ainun meninggal dunia setelah melewati masa kritis sekitar stu hari. Jenazah Ainun tiba di Jakarta pada 25 Mei 2010 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata hari itu juga.
16 tahun ditinggalkan sang istri, Habibie tidak pernah berhenti mendoakan Ainun. Bahkan Habibie selalu mengunjugi makam Ainun setiap hari Jumat.
Di usianya yang ke-80 tahun ini, kesehatan Habibie memang tidak terlalu baik. Namun di antara semua itu, Habibie menegaskan, kesehatan matanya masih bagus. “Mata saya tidak buta dan saya bisa melihat sesuatu yang indah, apa salahnya?” kata dia.
Selamat ulang tahun Habibie. Semoga selalu sehat dan terus menginspirasi bangsa Indonesia.
BERITA TERKAIT
Sponsored
Review
Related Article