Sate Campur Kuah Soto, Nyamm.. Kamu Harus Coba Sate Matang Khas Aceh
-
Sate matang. (Foto: tripadvisor.co.id)
Uzone.id - Untuk menarik minat wisatawan nusantara dan mancanegara, Aceh menggelar Festival Sate Matang. Fesitval itu digelar pada Sabtu-Minggu (30-31 Maret 2019) di lapangan Galacticos Cot Gapu, Bireuen.Terlepas kegiatan itu, apakah kamu sudah mengenal sate matang? Apakah kamu tahu perbedaan antara sate matang dengan sate lainnya di Indonesia?
Baca juga: Ambon Bikin Aplikasi untuk Mempermudah Warga dan Wisatawan
Menurut siaran pers dari Aceh Culinary Festival, sate matang merupakan salah satu makanan khas dari Kabupaten Bireuen.
Sementara itu, situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menyebutkan bahwa sate matang telah menjadi objek wisata yang cukup populer di Kabupaten Bireuen.
Baca juga: Labuan Bajo Siap Tawarkan Wisata ala Pengembara
Gerainya banyak dan tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bireuen, bahkan kota lain di Aceh dan provinsi lain di Indonesia.
Ketika mendengar sate matang, kamu mungkin langsung berpikir bahwa ini adalah sate yang dimasak sampai benar-benar matang. Namun, sebenarnya, pembuatan sate matang tidak berbeda dengan sate pada umumnya.
Bedanya, ada dua pilihan daging, yaitu daging kambing atau sapi. Daging yang sudah dipotong kecil-kecil dimasak dengan bumbu khas kaya rempah-rempah terlebih dulu. Setelah itu, daging-daging ditusuk, lalu dibakar.
Baca juga: Siap-Siap, Bangka Cultural Wave Festival 2019 Digelar Awal April
Menariknya lagi, selain disajikan dengan bumbu kacang, sate matang disajikan dengan kuah kaldu yang agak kental dan kaya rempah seperti soto.
Lalu, kenapa dinamakan sate matang? Pasalnya, sate ini mula-mula diperkenalkan oleh penjual di Matang Geuleumpang Dua, daerah perbatasan antara Bireun dan Aceh Utara.