SAFEnet Kritik Gojek Ambil Data Warga Terlalu Banyak
Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) mengkritik penyegaran aplikasi Gojek karena berpotensi mengambil data warga terlalu banyak.
Damar Januarto, Koordinator Regional Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), menyoroti perubahan yang cukup besar di aplikasi Gojek. Pasalnya, jenis data yang diminta oleh perusahaan tersebut jadi jauh lebih beragam ketimbang versi lawasnya.
"Kalau memang ini ada kaitan dengan transportasinya, mungkin enggak apa-apa. Tapi kalau mintanya terlalu banyak, jadi berisiko data warga yang diambil," ungkap Damar dalam diskusi undang-undang perlindungan data pribadi di Perpusatakaan Nasional, Selasa (13/3).
Dalam presentasinya, Damar menampilkan jenis data yang diminta Gojek dalam aplikasi versi anyarnya. Riwayat perangkat dan aplikasi, identitas, kontak, lokasi, SMS, ponsel, media, kamera, dan mikrofon adalah contoh jenis data yang diminta oleh Gojek.
Damar melihat ini berlebihan. Padahal menurutnya bila menengok layanan kompetitor, macam data yang diminta lebih sedikit.
"Sebelumnya enggak minta sebanyak itu."
Berdasarkan keterangan yang tertera di Play Store, aplikasi anyar Gojek versi 3.1.2 diperbaharui pada 28 Februari 2018. Semenjak itu, tampilan antarmuka Gojek jadi lebih 'segar' serta lebih personal.
Gojek sebelumnya pernah bermasalah dalam menyimpan data pelanggan. Pada awal 2016 lalu, perusahaan ini pernah kecolongan bug (celah) keamanan di aplikasinya. Hal itu dilaporkan pertama kali oleh praktisi TI, Yohanes Nugroho.
Lihat juga:Grab Sebut Tak Naikkan Nilai Penukaran GrabPoint |
Saat itu sebagian data pelanggan Gojek bisa terekspos dengan mudah, mulai dari nama, nomor telepon, sisa kredit, riwayat pemesanan, hingga alamat dan riwayat pendidikan pengemudi.
Respons Gojek
Ketika dikonfirmasi soal keamanan data, manajeman Gojek hanya merespons dengan memberikan tautan pembaharuan aplikasi. Tautan tersebut memuat penjelasan pembaharuan yang dilakukan Gojek karena menyesuaikan kebiasaan pengguna.