Review Nothing Ear (2): Audio Istimewa, Desainnya Terlalu Biasa
Uzone.id - Nothing Ear (2) bukan sekadar TWS baru saja, tapi jadi produk yang spesial bagi perusahaan Nothing. Nothing Ear (2) menjadi produk generasi kedua yang pertama dari perusahaan yang didirikan oleh founder OnePlus, Carl Pei.
Nothing Ear (2) juga menjadi TWS ketiga dari perusahaan berbasis China tersebut. Sebelumnya, ada Nothing Ear (1) dan Nothing Ear (Stick) yang sudah dirilis secara global, tak terkecuali di Indonesia.Tim Uzone.id sendiri menjadi salah satu media pertama di Indonesia yang berkesempatan mencoba Nothing Ear (2) sebelum peluncuran resminya. TWS ini dijual USD149 atau sekitar Rp2,2 jutaan, sementara di Indonesia harga resminya mencapai Rp2.399.000.
Berikut ulasan lengkap dan impresi kami terhadap TWS terbaru dengan desain unik itu dalam review Nothing Ear (2) berikut ini.
Desain casing yang berbeda, ‘rasa’ masih sama
Dibandingin dengan seri sebelumnya, sebenarnya desain Nothing Ear (2) tak jauh berbeda. Kendati begitu, baik desain casing dan earbud-nya sangat berbeda dibanding TWS lain di kelasnya, sebut saja keluaran Samsung, Oppo, Huawei, dan lainnya.
Casing TWS ini masih transparan yang memamerkan earbud Nothing Ear (2) yang juga tampil nyeleneh dari TWS lainnya. Begitu juga dengan bagian bawahnya, masih tampil transparan namun ada plat berkelir putih dengan tekstur matte di bagian tengahnya.
Bagian ini melengkapi uniknya desain casing Nothing Ear (2), namun kami menemukan beberapa kekurangan. Kurang lebih seminggu menggunakannya, alas putih tersebut terasa rentan terkena goresan dibanding casing bagian atas.
Kalaupun minim terkena goresan, kotor menjadi musuh bagi plat putih tersebut. Sering menaruhnya di meja atau alas lainnya, bikin bagian bawah Nothing Ear (2) mudah kotor atau bernoda.
Untungnya, casing ini sudah mengantongi rating IP55 tahan percikan air. Setidaknya, kalau kotor sedikit, kalian bisa membersihkannya dengan beberapa tetes air lalu mengusapnya.
Ada beberapa kekurangan yang kami rasakan soal desain nyeleneh Nothing Ear (2). Pertama, build quality yang terasa rendah. Material plastik yang digunakannya seperti murahan, pun demikian dengan engselnya yang mudah bergoyang.
Kekurangan lainnya, bentuk engsel dan magnet di kedua sisi casing yang terlihat mirip. Hal ini membuat kami cukup sulit membuka TWS tanpa harus melihat posisi engsel casing.
Kekurangan terakhir, posisi pin magnet untuk menyimpan earbud yang membingungkan. Di awal, kami sempat bingung mana pin untuk menyimpan earbud kiri atau kanan, meski sekarang sudah agak terbiasa.
Earbud ekstra nyaman
Secara desain, lagi-lagi bentuk earbud pada Nothing Ear (2) memang mirip dengan seri sebelumnya. Perbedaan yang kentara disematkannya tombol press control, bukan lagi touch-sensitive seperti generasi sebelumnya.
Earbud ini sudah mengantongi rating IP54, sehingga tahan percikan air juga. Kelebihan yang kami rasakan saat menjajal Nothing Ear (2) justru kenyamanannya, ketimbang desainnya yang ‘aneh’ dan berbeda.
Bentuk eartip-nya begitu pas dengan telinga bagian dalam, begitu juga dengan penggunaan material silikon lembut yang tak bikin telinga pegal dan iritasi.
Kalau eartip-nya terlalu kecil atau besar, Nothing pun menyediakan dua ukuran lainnya dalam paket pembelian, yakni S dan L.
Nothing X
Fitur Nothing Ear (2) tak akan maksimal kalau kalian tidak memasang aplikasi Nothing X di smartphone Android atau iOS. Khusus buat ponsel Android, TWS ini bisa terhubung via Google Fast Pair, sehingga ponsel apapun dengan email yang sama dengan perangkat pertama yang terhubung, dapat dengan mudah tersambung ke Nothing Ear (2).
Ada beberapa fitur yang bisa dicoba lewat Nothing X, seperti Active Noise Cancelation (ANC) misalnya. Ada tiga opsi, yang bisa diset, yaitu Noise Cancellation dengan empat tingkatan ANC (High, Mid, Low, Adaptive), Transparency, dan Off.
Ada juga opsi ANC yang dipersonalisasi dengan menjalankan rentetan pengujian untuk menyesuaikan respon frekuensi ANC yang sesuai dengan telinga pengguna.
Ada pula pengaturan Equalizer, dimana Nothing Ear (2) pun bisa menawarkan personalisasi equalizer yang cocok dengan selera pengguna. Sama halnya, ada beberapa tes yang harus dilalui, kurang lebih sekitar 5 menit saja.
Ada lima mode equalizer standar yang dihadirkan, Balanced, More Bass, More Treble, Voice, dan Custom. Khusus Custom, pengguna bisa mengatur keluaran suara sesuai keinginan mereka.
Fungsi lain di Nothing X adalah pengaturan press control. Mengatur sentuhan pada pressure-sensitive di batang tiap earbud untuk menjalankan beberapa fitur, seperti Pause/Play, beralih ke lagu berikutnya, mengaktifkan ANC, menaikkan atau menurunkan volume, dan sebagainya.
Kualitas audio istimewa
Dynamic driver 11,6mm masih digunakan pada Nothing Ear (2). Kendati demikian, kualitas audionya terasa istimewa, khususnya bagi pengguna yang senangnya main game atau nonton film tanpa mau ketinggalan sedikit detail sekalipun.
Nothing Ear (2) sudah mendukung teknologi LHDC (Low latency Audio HD Codec) 5.0, selain Low-Complexity Sub-Band Codec (SBC) dan Advanced Audio Coding (AAC).
Secara overall, Nothing Ear (2) memberikan kualitas suara yang cukup sempurna. Kenapa hanya cukup? Lantaran frekuensi bass yang dikeluarkannya kurang mendentum dibanding TWS lain di rentang harga yang sama.
Kurang puas dentuman bass yang dihasilkan oleh TWS ini, meski kami sudah mengaktifkan mode More Bass pada pengaturan Equalizer. Cuma buat detail suara, baik vokal dan treble, oke lah saat mendengar musik, nonton film, atau main game FPS (first person shooter).
Kualitas audio yang cukup baik ditopang juga dengan kinerja ANC yang bagus. Pada dasarnya, fungsi ANC di Nothing Ear (2) ini sudah sesuai ekspektasi.
Mengaktifkan mode Noise Cancellation di tingkat High atau Adaptive, memuaskan kami yang ‘ingin menyendiri’ saat berada di angkutan umum atau ketika sedang bekerja. Audio bakal difokuskan, namun saat ada seseorang yang berbicara, suaranya bakal tembus ke telinga dalam frekuensi yang rendah.
Mode Transparency juga memadukan audio yang diputar dengan ambience sekitar dengan baik. Namun tetap, audio dari musik, game atau film yang sedang dinikmati tetap terdengar secara jelas.
Daya tahan baterai cuma 3 jam saja
Earbud Nothing Ear (2) dengan kapasitas 33 mAh cuma bisa bertahan kurang lebih 3,5 jam dengan fitur ANC yang aktif. Sementara casing-nya yang dibekali baterai 485 mAh, memberikan tambahan waktu hingga 30 jam.
Nothing mengklaim, TWS terbarunya sudah dilengkapi fitur fast charging yang membuat pengguna dapat mengisi daya selama 10 menit untuk penggunaan total 8 jam, asalkan fitur ANC dimatikan.
Ada dua metode pengecasan, menggunakan kabel USB-C yang sudah tersedia di paket pembelian atau secara wireless, lantaran Nothing Ear (2) sudah mengantongi sertifikasi Qi dengan daya maksimal 2,5W.
Kesimpulan
Overall, Nothing Ear (2) memberikan kualitas audio yang impresif. Puas banget deh dengerin musik, nonton film favorit, sampai main game kesukaan dengan TWS terbaru Nothing ini, semuanya berkat perpaduan dynamic driver 11,6mm, LHDC 5.0, dan fitur ANC yang sangat baik.
Cuma ada beberapa catatan saja yang kami rasakan selama menggunakannya. Desain saja, bentuk ini memang unik dan beda dari perangkat lain di kelasnya, tapi build quality-nya cukup buruk.
Material plastik yang digunakannya terasa murahan, apalagi bagian bawahnya yang juga rentan kegores ataupun kotor. Engselnya pun gampang goyang, seperti TWS dengan harga ratusan ribu Rupiah saja.
Daya tahan baterainya memang tak terlalu spesial, hanya 3 sampai 3,5 jam saja kekuatan baterai earbud-nya. Untungnya, pengecasan TWS ini cukup cepat, terutama via kabel USB-C.
Tapi lagi-lagi, kami mengapresiasi kualitas audio dari perangkat ini. Tidak diragukan lagi, audio Nothing Ear (2) gak kaleng-kaleng kualitasnya.