Review Infinix Note 12: Lebih Oke, Tapi Belum Sempurna
Uzone.id - Infinix mulai jadi lawan serius bagi produsen asal China seperti Xiaomi dan Realme. Pabrikan asal Hong Kong itu kerap merilis ponsel dengan 'harga yang rusuh', Infinix Note 12 yang kami review misalnya.
Di Indonesia, Infinix Note 12 dijual pada rentang harga yang hampir sama dengan Realme 9 Series dan Redmi Note 11. Untuk model terendah 8/128 GB harganya Rp2,7 jutaan dan varian 8/256 GB harganya Rp2,9 jutaan.Dengan harga di bawah Rp3 juta, smartphone ini tampil dengan desain yang lebih premium, spesifikasi meningkat, hingga kamera yang lebih proper ketimbang generasi sebelumnya.
Tim Uzone.id telah menggunakan smartphone ini selama seminggu dan menjadikannya sebagai daily driver untuk kebutuhan review. Berikut ini ulasan lengkapnya untuk kalian, Uzoners!
Baca juga: Review Lengkap Poco F4
Tampilan nggak murahan
Stigma 'desain standar' pada jajaran ponsel Infinix mulai ditinggalkan. Kini perusahaan mengemas smartphone barunya dengan bentuk yang cantik serta build quality yang tergolong bagus.
Bingkai flat atau datar diusung oleh ponsel ini. Desain seperti ini mulai diadopsi oleh ponsel kelas menengah agar tampilannya naik kelas, tak terkecuali Infinix Note 12.
Tak ada lekukan halus pada tepian bodinya lantaran bagian belakangnya juga datar. Desain ini sebenarnya mengingatkan kami dengan iPhone 12 atau iPhone 13.
Walau desain iPhone sering dinyinyirin produsen Android karena itu-itu saja, tapi harus diakui kalau bentuk iPhone terbaru suka ditiru atau menjadi inspirasi bagi pabrikan smartphone Android.
Seenggaknya, desain serba flat ini membuat pengguna tak perlulah menggelontorkan uang berjuta-juta untuk mendapatkan ponsel bergaya premium ala iPhone.
Bodi yang elegan ini dipadukan dengan warna yang cantik. Asli deh, warna Infinix Note 12 tuh gorgeous. Unit Infinix Note 12 yang kami review warnanya 'Snow Fall'.
Putih bersih dengan tekstur matte yang halus, bikin ponsel ini bebas dari jejak sidik jari. Kalau kena pantulan cahaya, ada efek transisi cahaya dan gradasi warna yang bakal terlihat.
Bingkai kameranya kelihatan lebih elegan ketimbang Note 11. Bentuknya seperti ponsel premium, terdiri dari tiga lingkaran kameranya dan LED flash.
Bingkainya berwarna putih mutiara yang lebih glossy dan punya rupa seperti kaca. Gak ada cela kalau soal tampilan luarnya.
Baca juga: Review Huawei MateBook D15 (2022)
Wajib pakai casing!
Cuma, desain bodi flat ini malah mengorbankan kenyamanan saat menggenggam ponsel. Gak adanya tepian melengkung pada bodi, memegang ponsel ini seperti membawa batu bata yang tipis.
Kaku banget, apalagi tepiannya yang menyiku. Kami sarankan sih menggunakan casing bawaan yang sudah tersedia di paket pembelian.
Softcase murah sih, bening yang mungkin bakal berubah warna seiring penggunaan dan berjalannya waktu. Tapi setidaknya bikin ponsel ini nyaman digunakan.
Meski begitu, Infinix Note 12 cukup ringan dan tipis lho. Ketebalannya 7,9mm saja dengan berat 184,5 gram.
Layar AMOLED bagus, tanpa fitur pendukung
Pada awalnya kami mengira kalau layar AMOLED dari Infinix Note 12 ini rendah kualitasnya. Saat menggunakannya, warna yang dihasilkan seperti IPS LCD saja, pucat dan tak gonjreng.
Ternyata semua itu gara-gara lapisan pelindung kaca yang mutunya di bawah standar. Kami sarankan buat kalian yang membelinya untuk langsung melepas saja lapisan ini.
Keluaran warna AMOLED berukuran 6,7 inci dari ponsel ini cakep lho. Menyetel video Full HD di YouTube atau nonton film di Disney Hotstar di resolusi tertinggi sungguh memuaskan.
Memang kualitasnya di bawah panel OLED di smartphone premium, tapi kalau dibandingkan dengan sekelasnya sih sudah bagus.
Tipikal warna yang dihasilkan cenderung vivid dengan detail yang baik. Cuka sayangnya kurang fitur saja untuk memaksimalkan potensi panel AMOLED-nya.
Cuma ada fitur Dark Mode saja di ponsel ini. Gak ada pengaturan untuk mengatur warna, gak ada refresh rate tinggi, dan sebagainya.
Ditambah ada fitur gimmick yang gak jelas fungsinya apa. Ada fitur Ultra Touch yang memungkinkan pengguna mengatur responsivitas layar dan kecepatan animasi atau motion yang ditampilkan.
Kami atur Normal, Fast, bahkan Ultra-fast, ga ada perbedaannya. Malah saat diset ke level tertinggi, transisi layar malah jadi patah-patah dan mengganggu.
Baca juga: Review Poco F4 GT
Kinerja prosesor oke, baterai nope!
Sebenarnya Infinix Note 12 di global itu ada dua jenis, dibedakan dengan tipe prosesornya. Ada yang menggunakan Helio H88 dan Helio H96.
Di Indonesia, Infinix Note 12 yang masuk ditenagai MediaTek Helio G96 yang lebih gegas. Prosesor ini tergolong SoC (system on chip) yang lawas, tapi masih bertenaga lah untuk ponsel kelas menengah.
Dibuat dengan arsitektur 12nm, MediaTek Helio G96 terdiri dari dua kluster CPU. 2-core performance Cortex A76 dengan kecepatan 2.05 GHz dan 6-core efficient Cortex A55 2 GHz.
Disandingkan dengan RAM 8 GB serta memori penyimpanan 128 GB atau 256 GB. RAM-nya bisa ditambahkan dengan fitur MemFusion sampai 5 GB.
Otomatis, RAM bawaan bisa mencapai 13 GB. Cuma karena virtual, gak terlalu ngaruh pada kinerjanya. RAM 8 GB sudah mumpuni buat multitasking ataupun gaming, apalagi prosesornya juga sudah proper untuk menangani hal tersebut.
Di tes dengan benchmarking pun ya 11-12 skornya. Raihan tertinggi di AnTuTu Benchmark adalah 325.985 poin atau sedikit di bawah raihan Snapdragon 720G dan Snapdragon 732G. Untuk sekelas smartphone harga di bawah Rp3 juta, kemampuannya memang boleh dibanggakan.
MediaTek Helio G96 yang dipadukan dengan XOS versi 10.6.0 berbasis Android 12 benar-benar memberikan kinerja 100 persen untuk berbagai kebutuhan pengguna. Terlihat dengan jelas saat kami mengujinya lewat simulasi PCMark.
Skor 9.361 poin didapatkan, dengan grafik performa 100 persen di sepanjang pengujian. Pertanyaanya, apakah berpengaruh pada daya tahan baterai?
Infinix Note 12 yang kami review ditopang oleh baterai dengan kapasitas baterai 5.000 mAh yang sudah didukung oleh fast charging 33W. Adaptor charger-nya telah tersedia dalam paket pembelian, jadi kalian gak usah beli-beli lagi.
Soal daya tahan, jujur tidak terlalu impresif. Screen on-time yang kami dapati melalui simulasi PCMark hanya 10 jam 29 menit saja dengan baterai tersisa 17 persen.
Sokongan penuh dari Helio G96 berpengaruh pada masa pakai baterai ponsel ini, padahal kapasitasnya tergolong besar mencapai 5.000 mAh.
Memutar video YouTube tanpa henti juga cuma menghasilkan catatan waktu sekitar 13 jam-an saja dengan baterai tersisa hingga 5 persen. Adapun video yang diputar beresolusi Full HD dengan intensitas cahaya layar 50 persen.
Fast charging 33W yang didukung smartphone ini pun tak terlalu cepat. Mengisi baterai 14 persen hingga penuh membutuhkan waktu 1 jam 27 menit, terasa seperti tak menggunakan fitur fast charging saja.
Beberapa ponsel 5.000 mAh yang pernah kami coba, bisa dicas dengan durasi yang lebih cepat walau masih di atas 1 jam. Anomali ini mungkin terletak pada software-nya. Jika ya, kami sangat berharap Infinix segera menggulirkan update untuk mengatasi masalah lemotnya pengisian baterai ini.
Baca juga: Review Asus VivoBook 13 Slate OLED
Gaming impresif, ada trigger ‘ala-ala’
Okelah spesifikasinya menengah, tapi kemampuan gaming Infinix Note 12 cukup memuaskan. Main game ringan Stumble Guys sampai game berat seperti Call of Duty Mobile, dilibas habis dengan lancar oleh ponsel terbaru Infinix ini.
Khusus game berat, memang tak bisa grafis ‘rata kanan’. Maksimal cuma Medium saja, itupun tak mungkin mencapai 60 FPS. Kendati begitu, jalannya permainan tetap lancar dan mulus tanpa laggy yang ganggu jalannya permainan.
Seperti ponsel Android lainnya, ada fitur bernama Game Mode. Standar fiturnya, seperti memasukkan game ke dalam daftar agar performa ponsel bisa stabil dan maksimal sepanjang permainan.
Tapi ada fitur yang menurut kami game changer banget dan mungkin gak kepikiran sama vendor pesaingnya. Game Mode bisa mengubah tombol volume atas atau bawah menjadi semacam triggers ala Asus ROG Phone Series atau Poco F4 GT.
Biasanya, tombol tambahan untuk gaming ini cuma tersedia di smartphone yang memang dikhususkan untuk kebutuhan gaming. Infinix mungkin melihat celah kesempatan dengan membawa fitur gaming berbeda dari lainnya.
Awalnya cukup kagok nembakin musuh pakai tombol volume. Tapi kalau sudah terbiasa, enak lho. Gak perlu lagi menembak musuh dengan menekan area tombol di layar, cukup tekan tombol volume atas atau bawah saja. Keren!
Baca juga: Review Realme GT Neo 3
XOS 10.6.0 nggak nyaman digunakan
Pengalaman penggunaan tak hanya pada form factor ponsel ataupun spesifikasi yang diusungnya. Sistem operasi serta UI yang digunakan juga berpengaruh pada experience pengguna.
Soal ini, Infinix Note 12 masih membawa dosa pada generasi sebelumnya. Smartphone ini berjalan di XOS versi 10 berbasis Android 12 yang baru. Kami kira bakal banyak peningkatan selain sektor privasi yang memang sudah lebih baik.
Ternyata tidak. XOS 10 tak memberikan pengalaman maksimal kepada kami. Satu kalimat yang menggambarkan OS ini adalah ‘tak user friendly’. Sistem operasinya baru, tapi cara pakainya masih seperti Android jadul.
Menghapus aplikasi di halaman utama gak bisa sekaligus, harus satu-persatu me-remove aplikasi dari layar utama. Ribet banget kan?
Kemudian, memindahkan aplikasi favorit dari App Drawer ke halaman utama juga perlu dua langkah. Tekan dan tahan, kemudian tekan Add to Desktop. OS lainnya, cukup drag & drop saja.
Dari App Drawer kembali ke halaman utama juga gak dipersingkat. Perlu swipe layar untuk kembali ke Home atau menekan tombol kembali. Gak bisa tuh cuma swipe layar ke atas saja untuk kembali ke layar utama.
Cacat lainnya di XOS 10 ini adalah banyak bloatware. Wajar sih karena bukan Android murni, karena mungkin ada beberapa kepentingan di balik hadirnya aplikasi bloatware tersebut.
Tapi kenapa banyak banget? Untung saja memori penyimpanannya 256 GB, jadi gak terlalu memenuhi ruang penyimpanan kalau kalian malas menghapusnya.
Masalah lainnya, XOS suka banget menampilkan notifikasi mengganggu terkait berita-berita viral yang ada di Indonesia.
Baca juga: Review Redmi 10A
Kamera 50MP cakep, sisanya gimmick
Infinix Note 12 membawa kamera utama dengan sensor 50 MP. Ditemani dua kamera lainnya yang gimmick dan cenderung tak berguna sama sekali, yakni kamera depth 2Mp serta QVGA atau disebut AI lens. Sedangkan di depan, tersemat kamera 16 MP pada notch atau poni di atas layar.
Soal kualitas, kamera 50MP Infinix Note 12 punya hasil yang menakjubkan untuk kelas Rp2 jutaan. Warnanya cukup tajam, detailnya bagus, serta mampu mengatasi sinar matahari langsung dengan amat baik.
Memotret gedung-gedung tinggi di bilangan SCBD, tergambar dengan baik. Warnanya tajam, tak backlight, serta detail yang masih bisa dinikmati walau gambar diperbesar 50 persen.
Padahal nih, pemotretan berlangsung saat matahari sedang terik-teriknya. Sensor 50 MP, AI (kecerdasan buatan), serta proses pencitraan racikan Infinix dapat dengan baik menghasilkan gambar yang bagus.
Mengabadikan momen di dalam ruangan untuk memotret makanan, hasilnya juga ciamik. AI dengan pintar mengenali skenario foto yang kami lakukan, sekaligus memberikan sentuhan atau pengaturan kamera yang pas agar hasil fotonya terlihat bagus.
Yang jadi catatan justru pemotretan malam. Saturasi warna yang diberikannya lebay banget, sehingga terlihat tidak natural sama sekali. Detailnya cukup tajam sih, namun soal warna kami kurang menyukainya.
Adapun untuk kamera depan, kualitasnya jauh dari kata bagus. Mengambil swafoto saat tersorot cahaya matahari malah bikin background foto terlihat putih dan over brightness.
Satu yang kami apresiasi, AI kamera tak memberikan sentuhan super halus pada wajah. Terlihat tetap natural, hanya terganggu pada pemrosesan citra gambar di kamera depan yang masih di bawah standar.
Berikut beberapa hasil foto yang kami ambil dengan kamera Infinix Note 12.
Kesimpulan
Infinix Note 12 itu seperti smartphone kelas menengah yang ‘menolak sempurna’. Infinix masih saja membawakan komponen atau fitur yang cenderung useless dan masih berjalan pada OS yang belum sempurna ketimbang kompetitor lainnya.
Dalam hal desain, kami memang menyukainya. Tampilannya lebih premium dan berkelas ketimbang generasi sebelumnya, bahkan untuk smartphone Rp2 jutaan desain yang diusungnya masih kelewat mewah.
Begitu juga dengan layar. Panel AMOLED-nya cukup memuaskan soal kualitas warna dan detail, tapi tidak dengan minimnya fitur untuk memaksimalkan potensi layar ini.
Performa MediaTek Helio G96 juga lumayan impresif, apalagi soal gaming yang ternyata bikin jalannya permainan makin asyik. Belum lagi dengan adanya fitur yang memungkinkan ponsel ini punya tombol tambahan untuk bermain game.
Hanya saja, kuatnya kinerja Helio G96 tak diimbangi oleh performa baterai yang biasa saja. Daya tahannya tak terlalu impresif, begitu juga kecepatan fast charging 33W yang diusung ponsel ini.
XOS 10 berbasis Android 12 pun masih memiliki kekurangan yang serupa dengan seri terdahulu. Banyak bloatware, tak mudah digunakan, penggunaan yang ribet dan sebagainya. Padahal secara OS, Android 12 seharusnya makin simple dan memudahkan pengguna dalam memakai ponselnya.
Sisi kamera, Infinix Note 12 lagi-lagi memukau kami berkat kebolehan kamera 50MP. Kemampuan kamera ‘menutup’ kekurangan dari tiga kamera lainnya yang dipunyai Infinix Note 12.
Satu lagi catatan kami, kenapa sih gak ada NFC? Apa nantinya ada Infinix Note 12 NFC yang masuk ke Indonesia? Fitur tersebut amatlah penting di era cashless seperti sekarang. Come on, Infinix!