Resensi Film: Komedi di Tengah Pelajaran Hidup Klise Orang Kaya Baru
(dok. Screenplay Films /Legacy Pictures)
Uzone.id -- Istilah “orang kaya baru” sering dikaitkan dengan kelakuan norak dari orang-orang yang tadinya hidup dalam kondisi pas-pasan atau bahkan serba kekurangan lalu mendadak tajir melintir. Film komedi satu ini ingin menyajikan premis yang kurang lebih seperti itu.Namanya duit, bisa dipakai untuk apa aja. Dari bayar angkot, beli nasi uduk, traveling ke kota-kota hits, sampai borong mobil Mini Cooper juga bisa. Dengan duit, seakan dunia nggak punya batas. Namun, orang sering lupa, duit juga bisa habis… kalau digunakan secara impulsif dan nggak bijak.
Nggak semua orang terbiasa punya, atau bahkan megang uang banyak. Sesuai judul, premis sederhana disajikan ‘Orang Kaya Baru’ tentang sebuah keluarga yang hidupnya serba pas-pasan. Keluarga ini beranggotakan si bapak (Lukman Sardi), ibu (Cut Mini), dan tiga anak mereka yaitu Duta (Derby Romero), Tika (Raline Shah), dan Dodi (Fatih Unru).
Sang bapak bekerja di bengkel, ibu hobi bikin kue-kue kering untuk dijual di warung. Sedangkan Duta anak yang bermimpi bisa jadi sutradara teater ternama, Tika sebagai mahasiswa arsitektur yang sering berandai jadi orang kaya, tak lupa si bungsu Dodi yang suka di-bully teman sekolahnya.
Terlepas hidup yang kelewat sederhana, keluarga ini tetap harmonis, kompak, dan selalu menghargai kebersamaan di dalam rumah mereka yang kecil. Obrolan paling seru selalu terjadi ketika makan malam bersama di meja makan.
Namanya juga film, pasti muncul konflik. Bagi keluarga ini, pukulan besar adalah ketika sang bapak meninggal dunia. Sadar harus mulai menyesuaikan kondisi keuangan, mendadak ada kejutan yang tak diduga-duga: si bapak ternyata meninggalkan uang super banyak di bank!
Pelajaran hidup klise
Film garapan Ody C. Harahap dengan Joko Anwar yang didapuk sebagai penulis naskah ini sejatinya menyuguhkan pelajaran hidup klise yang dapat diterima dengan mudah oleh penonton.
Orang (nyaris) miskin seperti keluarga Tika yang sedang putus asa secara finansial, lalu mendadak kejatuhan uang ratusan juta hingga miliaran. Kalau hal pertama yang mereka lakukan langsung ‘balas dendam’ mencicipi makanan enak di restoran mahal yang selama ini nggak pernah mereka datangi, tentu kita bisa mengerti.
Ya wajar lah, mereka langsung pesan 30 menu sekaligus tanpa perlu lihat harga, wong sudah pegang duit berlembar-lembar, paling nggak begitu gumam gue.
Mereka langsung ke mal belanja baju, celana, makeup, sampai dalaman agar lemari pakaian bisa ke-upgrade? Kenapa nggak…
Baca juga: Resensi Film 'Keluarga Cemara'
“Kekagetan” akan kebanyakan uang ini lambat laun berujung bencana. Nggak perlu gue ceritain juga lah ya, secara gue benci spoiler he-he-he.
Pada intinya, konflik lain yang ditawarkan ‘Orang Kaya Baru’ ini memotret kondisi di mana ketika orang punya uang banyak, manusia cenderung berubah menjadi karakter yang ‘jahat’: doyan menghamburkan uang, menyepelekan banyak hal seakan-akan segalanya bisa dituntaskan pakai uang.
Kekagetan ini menurut gue ingin menonjolkan sisi “tidak waras” dari tiap karakter yang tadinya hidup pas-pasan lalu mendadak kaya. Sekilas, gue juga merasa kalau kisah ini seakan ingin menyampaikan pesan kalau punya banyak duit = nggak baik.
Memangnya nggak bisa dimanfaatkan uangnya dengan bijak, gitu ya? Kenapa nggak bisa waras dikit, sih? Investasi kek, ditabung kek… pikir gue.
Lagi-lagi, gue yakin pelajaran yang sebetulnya ingin disampaikan bukan perkara bahwa orang pas-pasan atau orang miskin itu selalu bodoh karena nggak paham soal investasi ketika mereka punya uang. Bukan.
Tapi, pelajaran klise tentang hidup yang mengingatkan kita bahwa sejatinya harta itu bukan segala-galanya. Harta --dalam hal ini uang-- tak seharusnya diagung-agungkan dan menjadi hal paling pokok untuk menjadi sepenuhnya bahagia.
Minimal, film ini cukup menampar gue bahwa obrolan saat makan malam bersama anggota keluarga full team adalah harta yang nggak bernilai. Gue rindu masa-masa ini, karena sekarang keluarga gue sibuk semua… eh, kenapa jadi curhat.
Komedi nggak ada matinya
Pelajaran klise yang disuguhkan ‘Orang Kaya Baru’ memang bisa ditemukan di mana aja. Mungkin sering muncul di adegan FTV, bahkan film Indonesia lain yang pakai premis mirip.
Namun, yang bikin gue betah nonton ‘Orang Kaya Baru’ sampai akhir adalah akting dari para pemain. Nggak usah bahas Lukman Sardi lah ya, dia mah jadi figuran aja bisa langsung dapat penghargaan, kali.
Derby Romero dan Raline Shah tampil apik di sini, bikin gue percaya kalau mereka memang kakak-beradik berkat chemistry yang terasa alami.
Dua pemeran yang layak dapat sorotan adalah Cut Mini dan Fatih Unru.
Memang sih, Cut Mini juga bagai bunglon yang tetap bagus mau memerankan karakter apapun. Tapi unsur komedi terbaik dari film ini terletak di karakternya sebagai sang ibu. Cara berbicara, teriak, kelakuan sebagai OKB benar-benar menghibur banget!
Belum lagi Fatih Unru yang berperan sebagai Dodi si anak bungsu. Masih kecil, tapi aktingnya terbaik di sini. Dia digambarkan begitu polos, apa adanya, dan sangat sayang dengan anggota keluarganya. Akting dia sanggup bikin gue berkaca-kaca, gaes.
Baca juga: Resensi Film 'Instant Family'
Secara keseluruhan, ‘Orang Kaya Baru’ tampak ingin menawarkan film komedi ringan dengan pelajaran yang bermakna. Banyak yang bilang, nggak usah terlalu dikritisi film genre seperti ini, kita hanya perlu menikmatinya saja.
Well, sebenarnya nggak ada salahnya juga sih mengkritisi. Soal kehilangan sisi seru dan kocaknya, itu urusan masing-masing aja.
Yang jelas, ‘Orang Kaya Baru’ bukan tontonan merugikan untuk melepas penat dan menikmati dialog-dialog kocak yang terselip di sela kisah pelajaran hidup yang klise ini.
Selamat nonton!