Punya Utang Rp290 Triliun, Startup Decacorn WeWork Gulung Tikar
Ilustrasi foto: P. L/Unsplash
Uzone.id – Sempat menyandang status sebagai decacorn dengan valuasi tinggi di dunia, nasib startup co-working space asal Amerika Serikat WeWork berada di ujung tanduk.
Startup yang juga hadir di Indonesia ini resmi mengajukan Bab 11 dalam U.S Bankruptcy Code pada hari Senin, (06/11) setelah kinerja dan keuangan mereka terjun bebas selama bertahun-tahun.“Perusahaan telah menandatangani perjanjian dukungan restrukturisasi dengan dukungan kuat dari para pemangku kepentingan untuk secara drastis mengurangi utang,” tulis WeWork dalam pengumuman resminya.
WeWork sendiri berdiri pada tahun 2010 lalu oleh Adam Neumann, Rebekah Neumann dan Miguel McKelvek. Startup yang satu ini sempat menjadi ‘anak emas’ investor dan memiliki valuasi tinggi hingga USD47 miliar di tahun 2019 atau sekitar Rp735 triliun.
Sayangnya, biaya operasional yang semakin tinggi membuat kinerja WeWork semakin turun drastis, begitupun dengan valuasi yang semakin rendah dan meninggalkan hutang yang lebih tinggi.
Setelah perusahaan mengumumkan pengajuan tersebut, Forbes mencatat adanya penurunan saham menjadi 84 sen per saham sehingga perusahaan kini memiliki valuasi USD44,5 juta.
Selain nasibnya yang kini benar-benar di ujung kebangkrutan, WeWork diketahui memiliki utang yang lebih besar dibanding aset yang mereka miliki. Utang WeWork saat ini mencapai USD18,6 miliar atau Rp290 Triliun, sementara aset mereka hanya senilai USD15 miliar atau Rp234 Triliun.
Selain itu, WeWork juga terlilit hutang sebesar USD100 juta atau Rp1,5 triliun dala bentuk tunggakan sewa dan biaya pemutusan kontrak pada pemilik perusahaan real estate dan properti.
WeWork hadir di berbagai negara sebagai penyedia layanan co-working space bagi perusahaan startup, UMKM, wirausaha, freelancer dan perusahaan-perusahan besar. Perusahaan ini sudah memiliki cabang di berbagai negara, bahkan diklaim sudah tersedia di 660 lokasi berbeda.
Agustus lalu, WeWork sendiri sudah berancang-ancang kalau perusahaan mereka kemungkinan tidak bertahan hingga tahun depan karena finansial dan kebutuhan keuangan dalam bentuk cash.
Sebelumnya, di 2019 lalu, WeWork juga telah menunda rencana IPO karena kerugian yang jauh lebih besar dari prediksi awal lalu melakukan PHK massal pada 20 persen karyawannya atau sebanyak 2400 karyawan.