Profesi Baru Barrack Obama
Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk pertama kalinya muncul di depan publik setelah pelantikan Presiden Donald Trump. Ia menjadi pembicara dalam diskusi panel di Universitas Chicago.
Mantan presiden dari Partai Demokrat itu mengaku dia mempertimbangkan banyak isu setelah meninggalkan jabatannya. Namun kemudian dia memilih berinvestasi dalam kepemimpinan generasi berikutnya.
Menurutnya, hanya sedikit orang Amerika yang berpartisipasi dalam politik saat ini. Dia mengklaim hal itu terlihat dalam pemilihan di AS yang menunjukkan tingkat suara terendah dari sebuah demokrasi di negara maju.
Obama juga mengatakan dia tidak tertarik pada berbagai isu, seperti polarisasi kepentingan partai politik hingga dominasi kepentingan khusus. "Saya menyadari satu-satunya orang yang bisa menyelesaikannya adalah anak muda," ujar Obama pada Senin (24/4) waktu setempat, dikutip Independent.
Selanjutnya pria berusia 55 tahun mengakui beberapa masalah datang di kalangan generasi muda. Salah satunya adalah meningkatnya ketergantungan mereka pada ponsel pintar. Menurutnya, teknologi modern telah menghasilkan media yang lebih terpolarisasi. Dan dengan demikian membuat masyarakat lebih terpecah.
"Jika generasi ini mendapatkan semua informasi melalui ponselnya, Anda tidak perlu menghadapi orang-orang yang berbeda pendapat atau berbeda pengalaman," kata Obama.
Kendati demikian, Obama berkomitmen membuat cara baru agar generasi muda dapat terlibat dalam politik. Dan berbicara di depan mahasiswa Universitas Chicago tersebut merupakan salah satu langkah untuk mencapai rencananya.
Obama berpesan kepada para mahasiswa agar mengorganisir komunitas mereka sendiri dan meminta mereka untuk lebih memahami komunitas mereka. Seperti dilaporkan bahwa Obama secara pribadi telah menyalahkan Hillary Clinton karena kurang berkampanye secara pribadi selama pemilihan 2016.
Obama telah dipuji karena tetap rendah hati sejak pemilihan. Dia menolak berkomentar tentang penggantinya, Trump. Pada konferensi pers terakhirnya Januari lalu, Obama mengatakan tidak akan berkomentar apa pun kecuali jika Trump mengancam 'nilai inti' AS.