Produksi Terdampak Pandemi, Satelit Satria Ditargetkan Mengorbit Q4 2023
Uzone.id — Satelit Multifungsi Satria-1 awalnya ditargetkan siap mengorbit pada 2022. Namun, pandemi Covid-19 ternyata berdampak pada proses produksi, sehingga pemerintah Indonesia harus mengajukan perpanjangan waktu.
Dijelaskan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, saat ini proses produksi Satelit Satria-1 sedang berjalan.“Slot orbit di 146 Bujur Timur telah disetujui oleh ITU (International Telecommunication Union) untuk digunakan oleh Indonesia, dalam hal ini PSN sebagai operator satelit, jangka waktu penempatan satelitnya sampai dengan Maret 2023,” ungkap Johnny saat konferensi pers virtual pada Senin (23/11).
Baca juga: Satelit Satria Pakai Roket SpaceX untuk Sebar Internet di Indonesia
Dia melanjutkan, “ternyata Covid-19 berdampak pada proses pengadaan dan produksi Satelit Satria-1 yang rencananya ditempatkan di orbit pada Maret 2023, sehingga mengalami pengunduran jadwal. Indonesia mengusulkan dan meminta perpanjangan waktu penempatan di orbit selama 14 bulan. Targetnya, secepatnya peletakan ini dapat dilakukan pada kuartal keempat tahun 2023.”
Menurut Johnny, situasi tersebut sudah biasa terjadi di rapat ITU dan industri satelit mengenai potensi terjadinya keadaan kahar alias force majeure.
Sebagai catatan, Konsorsium PSN memenangkan tender proyek satelit Satria ini dan membentuk PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) sebagai perusahaan yang mengoperasikan satelit pemerintah tersebut. Adapun SNT ini dimiliki PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera yang semuanya tergabung dalam konsorsium PSN.
“Dampak Covid-19 ini membuat ITU meminta informasi tambahan kepada Indonesia dan PSN agar pertimbangannya nanti dapat diputuskan pada rapat ITU selanjutnya yang digelar pada Maret 2021,” jelas Johnny lagi.
Baca juga: 5 Fakta Satelit Satria yang Bakal Sebarkan Internet ke Pelosok Indonesia
Proses produksi satelit pembawa akses internet gratis ini diakui masih berjalan, sementara proses pembiayaan menurut Johnny, telah mendapat persetujuan dari lembaga pembiayaan BPI France asal Prancis dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) asal China.
Seperti diketahui, Satelit Satria-1 dirakit oleh Thales Alenia Space sebagai mitra pabrikan asal Prancis yang dipilih oleh Indonesia. Sedangkan roket peluncurnya akan menggunakan Falcon 95500 dari SpaceX.
Satelit Satria-1 dianggap sangat strategis dan penting untuk Indonesia. Satelit ini diklaim menjadi salah satu yang terbesar di Asia dan akan membawa kapasitas internet gratis mencapai 150 Gbps.
Yup, Satelit Satria-1 akan digunakan sebagai pelayanan WiFi di 150 ribu titik layanan publik, di mana 93.900 titiknya merupakan layanan pendidikan, dan sisanya kepentingan pelayanan pemerintah sampai tingkat desa untuk mendukung kegiatan Kamtibmas di seluruh Indonesia.