Home
/
Health

Pro Kontra MSG: Benarkah Buruk untuk Kesehatan?

Pro Kontra MSG: Benarkah Buruk untuk Kesehatan?
Ajeng Quamila04 January 2017
Bagikan :

Salah satu bahan makanan yang paling banyak mendapatkan pemberitaan buruk adalah mecin, alias monosodium glutamat (MSG). MSG diklaim bisa menyebabkan kecanduan, bahkan hingga dicap sebagai senyawa kimiawi neurotoksin.

MSG telah digunakan sebagai bahan penambah rasa masakan sejak puluhan tahun yang lalu, namun kontroversi mengenai keamanan MSG mulai terangkat di tahun 60-an, di mana Food and Drugs Association US (FDA) menerima banyak laporan mengenai efek samping yang orang-orang rasakan setelah makan di berbagai restoran masakan Asia, yang mungkin disebabkan oleh penggunaan MSG: sakit kepala, mual, mati rasa yang menjalar dari belakang leher hingga ke seluruh lengan dan punggung, dada sesak, keringat deras, jantung berdebar, dan kelemahan tubuh.

Sebenarnya, MSG itu apa?

MSG adalah molekul garam yang dikombinasikan dengan asam amino L-glutamat. Molekul garam ini digunakan untuk menstabilkan komponen glutamat. Glutamat yang terkandung dalam asam amino berperan sebagai pemberi rasa gurih (umami).

Asam amino glutamat bisa Anda temukan di hampir semua bahan dasar makanan, terutama makanan berprotein tinggi, seperti produk susu, daging merah dan ikan, dan banyak sayuran. Bahan makanan lainnya yang sering digunakan sebagai penyedap alami, seperti jamur dan tomat, juga mengandung asam amino glutamat alami dalam kadar tinggi.

Tubuh manusia juga memproduksi asam amino glutamat dan memainkan peran penting dalam fungsi tubuh normal. Bahkan, ASI mengandung glutamat 10 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi.

Pada zaman dulu, MSG bisa didapat dari proses ekstraksi makanan kaya akan protein alami, seperti rumput laut. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini MSG dibuat dari proses fermentasi industri. MSG ditambahkan ke dalam masakan untuk menghasilkan rasa gurih, mirip dengan glutamat yang diproduksi secara alami oleh bahan makanan.

Polarisasi MSG berpotensi lebih tinggi daripada lemak trans. Tapi, tidak seperti lemak trans, studi sains yang mempelajari MSG tidak menyatakan adanya faktor tertentu yang bisa menyebabkan berat badan Anda naik atau hilang kesadaran tiba-tiba.

Lalu, kenapa katanya MSG buruk untuk kesehatan?

Terlepas dari berbagai laporan seputar efek samping MSG, FDA telah mengklasifikasikan MSG sebagai bahan makanan yang “aman digunakan secara umum (GRAS)”, dan disepakati pula oleh World Health Organization (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Tapi, penggunaan MSG masih tetap dipertanyakan hingga kini. Untuk alasan tersebut, FDA meminta produsen makanan dan restoran-restoran untuk tetap mencantumkan MSG dalam daftar komposisi produk mereka.

Kekhawatiran mengenai hubungan MSG dengan obesitas mulai muncul setelah publikasi sebuah studi medis tahun 2011 dalam American Journal of Clinical Nutrition. Studi ini meneliti kelompok partisipan selama kurang lebih 5,5 tahun untuk melihat adanya asosiasi antara obesitas dengan penggunaan MSG di Cina. Cina adalah salah satu populasi terbesar yang mengkonsumsi MSG dalam kadar lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika, misalnya.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa individu yang mengkonsumsi MSG dalam jumlah terbanyak (4.2 gram per hari) menunjukkan risiko yang lebih tinggi terhadap obesitas daripada partisipan yang mengonsumsi MSG dalam jumlah yang lebih rendah (0,4 gram per hari).

Kelompok partisipan dengan jumlah MSG terbanyak juga menunjukkan tingkat aktivitas yang lebih rendah; makan lebih banyak kalori, lemak, dan karbohidrat; dan lebih mungkin merokok. Ciri-ciri ini adalah “kualitas” hidup yang biasanya kita kategorikan sebagai “tidak sehat”. Yang menariknya, penelitian ini tidak menyebutkan kesehatan tubuh secara umum sebelum penelitian dari partisipan yang mengonsumsi MSG dalam kadar tinggi.

Studi ini menunjukkan hubungan dosis dan respon antara MSG dan BMI (semakin tinggi kadar MSG, semakin besar angka BMI), maka penting untuk selalu memperhatikan dosisnya. Asupan kelompok MSG terendah (0,4 g/hari) adalah rata-rata konsumsi MSG untuk populasi Amerika. Kelompok MSG tertinggi diperkirakan hanya dikonsumsi oleh 2.5 persen total populasi.

Penelitian lain memfokuskan uji rasa terkontrol dengan mata tertutup yang ditujukan untuk kelompok individu yang mengeluhkan efek samping MSG, dan gagal untuk mengkonfirmasi MSG sebagai faktor utama penyebab deretan gejala di atas.

Lebih lanjut, ilmuwan telah menemukan bahwa reaksi yang timbul kemungkinan besar diakibatkan oleh komposisi lainnya, seperti udang, kacang, bumbu dan rempah-rempah. Walaupun memang, peneliti mengakui gejala ringan MSG bisa timbul pada beberapa individu, terutama jika mengonsumsi MSG dalam jumlah besar saat perut kosong.

Salah satu bantahan terhadap bahaya MSG dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, yang menyatakan “… kewaspadaan penuh harus ditegakkan agar tidak meningkatkan kecemasan keamanan publik yang tidak diperlukan mengenai konsumsi MSG.”

Puluhan studi dan berbagai evaluasi ilmiah telah menyimpulkan bahwa MSG adalah agen penyedap rasa yang aman dan berguna untuk masakan. Tentu saja, seperti bahan makanan lainnya, MSG tetap saja sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan.

BACA JUGA:

The post Pro Kontra MSG: Benarkah Buruk untuk Kesehatan? appeared first on Hello Sehat.

populerRelated Article