Home
/
Film

"Posesif", sisi kelam cinta pertama

"Posesif", sisi kelam cinta pertama

Nanien Yuniar 13 October 2017
Bagikan :
Film tentang cinta pertama ini romantis, tapi menegangkan. "Posesif" tidak hanya menuturkan romantisme percintaan remaja, namun juga sisi kelamnya.
 
Film karya sutradara Edwin yang skenarionya ditulis oleh Gina S.Noer ini menggambarkan perubahan dunia Lala (Putri Marino), yang semula hanya berkutat di kolam renang, sekolah dan rumah.

Atlet loncat indah itu mencurahkan hidupnya untuk olahraga yang membesarkan nama mendiang sang ibu, sampai dia bertemu dengan Yudhis (Adipati Dolken), yang membuat dia mencicipi cinta pertama.  

Namun Yudhis yang ganteng dan romantis punya sisi gelap. Dia posesif. Sepenuhnya mendedikasikan diri untuk Lala dan menuntut Lala melakukan hal sama, membuat Lala yang naif dan polos terjebak dalam hubungan tidak sehat.
Seperti umumnya film roman, "Posesif" juga membuat penonton ikut merasakan debaran, tapi bukan debaran yang menyenangkan. Film ini menimbulkan rasa dag-dig-dug yang menegangkan dengan warna kekerasan dalam adegan percintaannya.
 
Preview
 
 
Film Panjang Pertama
 
"Posesif" adalah kolaborasi pertama Edwin dengan Gina. Film ini juga merupakanfilm panjang pertama Edwin yang akan tayang di bioskop. 
 
Karya Edwin sebelumnya biasa wara-wiri di festival. Sebelumnya dia menelurkan film pendek seperti "Babi Buta Yang Ingin Terbang" yang meraih FIPRESCI Award 2009 dan"Postcards From The Zoo" yang masuk seleksi kompetisi di Berlinale 2010.
 
Dia juga membuat "Kara Anak Sebatang Pohon", yang menjadi film pendek Indonesia pertama yang tampil di Director's Fortnight Festival Film Cannes 2005 di Prancis.
 
Sementara Gina menulis skenario untuk film-film laris seperti "Ayat-Ayat Cinta" dan "Habibie & Ainun".
 
Sutradara dan penulis skenario yang berada di kutub berbeda ini kemudian saling berkompromi mencari titik temu untuk membuat "Posesif". 
 
"Ibaratnya kalau Edwin sudut kiri, saya sudut kanan," kata Gina.
 
Film seperti ini menjadi tantangan bagi Edwin yang biasanya bereksperimen. Ia untuk pertama kalinya keluar dari zona nyaman dengan membuat film berstruktur klasik yang biasa dinikmati penonton umum.

"Di film saya yang dulu-dulu, ada semacam kecuekan, kalau mengerti bagus, kalau enggak mungkin bisa ngerti suatu saat," kata Edwin.

Ia melakukan hal baru dengan membuat film yang menurut dia "naratifnya sangat lancar", dengan sebab akibat dan karakter dengan masa lalu yang jelas. 

"Itu belum pernah saya kerjakan di film sebelumnya, ini bagian dari eksperimen dan eksplorasi. Bagaimana saya merespons bentuk klasik yang banyak storytelling. Bagaimana memberikan apa yang saya cintai ke bentuk klasik," kata Edwin kepada ANTARA News.
 
Adipati Dolken, yang awalnya memutuskan untuk berhenti berperan menjadi remaja, berubah pikiran saat ditawari berperan di film "Posesif".
 
Aktor 26 tahun itu menyebut karakter Yudhis bagaikan roti lapis, ada sisi-sisi tersembunyi di balik sosok remaja SMA biasa.
 
Menurut Adipati, "Posesif" bukan drama SMA biasa, tapi punya kedalaman cerita yang menantang kemampuannya berakting.
 
"Bagaimana caranya gue bisa berakting meyakinkan orang-orang, tetap jadi anak SMA, tapi inti yang gue sampaikan berat untuk semua umur yang nonton nanti," kata Adipati.
 
Meski guratan usia kadang membuat Yudhis terlihat lebih tua dari remaja pada umumnya, akting Adipati patut diacungi jempol. Perubahan emosinya yang drastis, dari emosi memuncak menjadi penyesalan mendalam, membuat penonton gemas dengan sisi posesif Yudhis namun tetap penasaran dengan apa yang akan dia lakukan setelahnya.
 
Aktris pendatang baru Putri Marino juga layak diapresiasi. Putri harus belajar menguasai loncat indah untuk menyempurnakan perannya sebagai atlet.

Butuh waktu sebulan untuk lokakarya dengan para atlet loncat indah DKI Jakarta agar karakter Lala bisa digambarkan sempurna oleh Putri. 

Beruntung, para atlet itu sepantaran dengannya sehingga dia lebih nyaman menggali ilmu soal loncat indah. 
 
Dan pengalaman pertamanya langsung berbuah manis. Putri Mariano masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2017, bersaing dengan Adinia Wirasti (Critical Eleven), Dian Sastrowardoyo (Kartini), Sheryl Sheinafia (Galih Dan Ratna) dan Tatjana Saphira (Sweet 20).
 
Musik-musik asyik dari band Sheila on 7, DJ Dipha Barus, Banda Neira hingga Gardika Gigih mewarnai "Posesif", yang dibuat oleh rumah produksi Palari Films dan diproduseri oleh Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy.
 
Film ini akan tayang pada 26 Oktober 2017. Sebelum diputar di bioskop-bioskop besar, film yang juga dibintangi oleh Cut Mini dan Yayu Unru ini sudah diputar di tiga Bioskop Mikro area Jakarta dan Tangerang Selatan pada September.

Ini membuat pasar film yang mendapatkan 10 nominasi di Festival Film Indonesia 2017 itu bisa lebih luas, tak hanya menjangkau penonton bioskop berjejaring tapi juga penikmat film di bioskop mikro. 

Dalam suasana yang lebih intim, para penonton di bioskop mikro punya keleluasaan lebih untuk berdiskusi dengan pembuat film usai pemutaran. Kesempatan itu jarang terjadi bila menonton di bioskop besar, kecuali dalam acara tertentu yang menampilkan kru dan para pemain.
 
Bioskop berjejaring dan bioskop mikro --yang kapasitasnya rata-rata 50 orang-- punya karakter penonton yang berbeda, kata Edwin. Perbedaan selera itu membuat jenis film yang ditayangkan di tiap bioskop berbeda. 
 
Edwin berharap kehadiran "Posesif" di bioskop besar dan mikro bisa menambah khazanah industri film.

"Kalau sudah beda selera, akan menimbulkan banyak jenis film yang baru dan berwarna. Buat saya penting banget melihat perkembangan film Indonesia yang lebih berwarna dan banyak pilihan," demikian Edwin.

 
 

Berita Terkait:

Tags:
populerRelated Article