Pendiri WhatsApp Imbau Netizen Tinggalkan Facebook, Ada Apa Sih?
Uzone.id - Kamu pasti sudah tahu ‘kan, aplikasi WhatsApp yang sehari-hari kamu pakai itu telah diakuisisi oleh Facebook pada 2014 senilai US$16 miliar.
Hal itu membuat dua pendirinya, Jan Koum dan Brian Acton kaya mendadak.Sampai sekarang, Koum masih memimpin perusahaan, sedangkan Acton telah angkat kaki di awal 2018 untuk mengurus perusahaan barunya.
Di tengah berita skandal bocornya data dari 50 juta user Facebook, Acton pun berkicau di Twitter yang bisa dibilang menarik perhatian banyak orang.
“It is time. #deletefacebook,” cuit Acton.
It is time. #deletefacebook
— Brian Acton (@brianacton) March 20, 2018
Sayangnya, Acton tidak memberi respons kepada para kantor media internasional agar mau menjelaskan maksud dan alasan dia mengimbau para netizen agar menghapus akun Facebook.
Dari sini, banyak yang langsung mengira bahwa tweet itu adalah respons Acton terkait skandal bocornya data pengguna Facebook. Memangnya berbahaya seperti apa, ya?
Background singkat tentang skandal
Biar gak bingung, jadi gini.. Cambridge Analytica adalah perusahaan analisis politik di Inggris yang membantu kampanye Donald Trump saat berebut kursi presiden Amerika Serikat pada 2016.
Nah, Cambridge Analytica ini ternyata menyimpan data pengguna Facebook yang jumlahnya sampai 50 juta user.
Facebook bilang, data tersebut diperoleh Aleksandr Kogan, seorang profesor psikologis University of Cambridge melalui aplikasi kepribadian diri bernama thisisyouridigitallife. Aplikasi itu memanfaatkan login ke Facebook.
Singkat cerita, perusahaan itu memanen data pengguna Facebook gara-gara berbagai kuis yang tersebar di Facebook, tentunya tanpa sepengetahuan si pengguna.
Padahal, hal ini seharusnya gak terjadi karena melanggar aturan privasi. Sayangnya, Facebook gak melakukan tindakan teknis untuk mencegahnya.
Kenapa bahaya?
Kamu bayangin aja, setiap aplikasi yang mau kamu akses dengan syarat login ke Facebook, mereka bakal menerima informasi gender, jejaring, username, ID pengguna, nama lengkap, hingga foto profil kamu.
Selain itu, mereka juga mengakses daftar teman Facebook dan informasi publik yang ada di profil kamu.
Nah, jutaan data tersebut dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica untuk membuat profil psikologis yang terperinci dan buat kepentingan iklan kampanye politik -- dalam hal ini, kampanye kepresidenan Donald Trump.
Terus, harus gimana dong?
Mungkin kamu punya pikiran mentang-mentang itu masalah ada di AS dan kamu tinggal jauh di Indonesia, lantas kamu cuek bebek saja.
Harusnya, kita bisa lebih berhati-hati lagi dalam bermain media sosial, karena segala bentuk aktivitas dan data dapat di-track.
Tapi, gak perlu panik juga. Atau langsung gegabah mengikuti saran Acton si pendiri WhatsApp itu untuk segera menghapus akun Facebook.
Belajar dari skandal ini, gak ada salahnya kalau kamu mulai berbenah mengatur aplikasi pihak ketiga di Facebook agar segalanya lebih rapi dan aman.
Caranya mudah, kok!
1. Kamu buka Facebook, bisa melalui web atau aplikasi mobile. Kamu arahkan ke bagian atas kanan untuk membuka Settings.
2. Pilih opsi Apps untuk membuka daftar aplikasi pihak ketiga apa saja yang pernah kamu hubungkan dengan akun Facebook.
3. Setelah kamu klik, bakal muncul berbagai aplikasi tersebut. Sebelum buka ini, gue pun gak sadar ada ratusan aplikasi yang pernah gue coba.
4. Kalau kamu mau menghapusnya, tinggal pilih tanda (x) di samping aplikasi tersebut. Tapi kalau kamu masih mau menggunakannya, kamu bisa pilih Edit untuk mengatur informasi apa yang gak ingin kamu share.
Cara ini, paling enggak bisa mencegah data baru milik kamu disimpan oleh pembuat aplikasi pihak ketiga.
Dan, membuatmu semakin waspada saat bermain kuis, game, dan lain sebagainya di ranah maya.