Pavel Durov Curhat di X Usai Ditahan di Prancis
Uzone.id — Pavel Durov, CEO Telegram akhirnya buka suara setelah penangkapan dirinya di Prancis pada 25 Agustus 2024 lalu. Dalam cuitannya yang cukup panjang pada Jumat, (06/09) lalu, Durov membahas awal mula dirinya ditangkap oleh pihak berwenang.
“Bulan lalu saya diwawancarai oleh polisi selama 4 hari setelah tiba di Paris. Saya diberitahu bahwa saya bertanggung jawab secara pribadi atas penggunaan Telegram secara ilegal oleh orang lain,” kata Durov.Durov juga mengecam pihak berwenang Prancis dan menyebut penahanannya pekan lalu terkait tuduhan aplikasi perpesanan tersebut sebagai hal yang cukup dangkal.
Ia menyebut bahwa meminta pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga di platform mereka merupakan hal yang "mengejutkan" dan merupakan "pendekatan yang salah kaprah."
“Menggunakan hukum era pra-ponsel pintar untuk menuntut seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah kaprah (dangkal),” ujarnya.
Durov menambahkan, “Membangun teknologi saja sudah sesulit itu. Jika begitu, gak bakal ada inovator yang mau membuat aplikasi baru kalau nantinya mereka akan diminta pertanggung jawaban atas potensi penyalahgunaan dalam aplikasi tersebut.”
Ia juga membantah klaim yang menyebut Telegram adalah "surganya kejahatan", ia dengan tegas mengatakan hal itu "sama sekali tidak benar."
“Klaim di beberapa media bahwa Telegram adalah semacam surga anarkis sama sekali tidak benar. Kami menghapus jutaan postingan dan saluran yang berbahaya setiap hari. Kami menerbitkan laporan transparansi harian. Kami memiliki hotline langsung dengan LSM untuk memproses permintaan moderasi yang mendesak dengan lebih cepat,” kata Durov.
Meski telah melakukan banyak tindakan pencegahan sebagaimana platform media sosial lainnya, mengutip dari BBC, para ahli keamanan siber masih menganggap Telegram secara keseluruhan lebih lemah dibandingkan dengan perusahaan media sosial dan aplikasi pengirim pesan lainnya.
Durov pun mengakui adanya "peningkatan tajam" dalam jumlah pengguna di aplikasi perpesanan - yang menurutnya mencapai 950 juta yang ternyata telah membuat para penjahat lebih mudah untuk menyalahgunakan platform mereka.
“Alasan ini menjadi tujuan pribadi saya untuk memastikan bahwa kami dapat meningkatkan berbagai hal secara signifikan dalam hal ini. Kami telah memulai proses tersebut secara internal, dan saya akan membagikan lebih banyak detail tentang kemajuan kami sesegera mungkin,” ujarnya.
Sebagai kata-kata penutup, Durov menyampaikan harapannya, dimana kejadian penangkapan (dan kejadian lainnya) menjadi pelajaran bagi Telegram dan sosial media lain untuk lebih aman dan kuat lagi dalam semua sektor.
“Sekali lagi, terimakasih atas cinta dan meme kalian,” tutupnya.