Nostalgia 5 ‘Mitos’ Tentang Puasa yang Sudah Ada Sejak Zaman Lawas
-
Uzone.id -- Sebagai orang dewasa, tentu tahu kalau ibadah puasa di bulan Ramadan berlangsung sebelum waktu subuh sampai waktu magrib. Kira-kira, di Indonesia dalam satu hari masa puasa ini berjalan selama 13 jam.
Terlepas dari euforia Ramadan yang dapat dirasakan dari berbagai medium seperti iklan televisi, radio, film-film religi, sampai diskon gila-gilaan di mal untuk para keluarga yang mau belanja buat Lebaran, bulan puasa kerap erat dengan beberapa ‘mitos’ yang kita percayai sejak kecil.Sebenarnya nggak seutuhnya mitos, tapi kepercayaan ini semacam menjadi pakem tersendiri bagi anak-anak usia dini tentang bulan puasa itu sendiri, baik dari aturan sampai fenomenanya.
Berikut 5 ‘mitos’ terkenal yang sejak dulu mewarnai ibadah puasa khususnya bagi anak-anak.
1. Kalau nangis, batal puasanya
Sejak dahulu kala, para orangtua hingga kakek-nenek sering memberi petuah kepada anak-anak agar menjadi orang yang lebih kuat.
Kuat di sini maksudnya jangan cengeng. Nggak boleh nangis. Kenapa? Katanya, puasanya bisa batal.
Sebagai anak kecil, ‘mitos’ satu ini cukup menantang buat gue. Nggak akan ada yang tahu hal apa yang kira-kira berpotensi bikin gue nangis — entah nangis karena kesal atau menderita karena lapar.
Padahal, maksud dari ‘mitos’ ini adalah menahan emosi selagi puasa. Tapi, justru yang tersebar luas adalah ‘mitos’ kalau nangis maka batal lah puasa.
2. Boleh batal dulu di siang hari, nanti lanjut puasa lagi
Entah dari mana asalnya, yang jelas beberapa teman dan gue sendiri pun jadi ‘korban’ dari mitos misterius ini. Ini terjadi ketika di akhir era 1990an.
“Gue dulu pernah, lupa ketika TK atau SD. Gue sudah belajar puasa kala itu, tapi namanya anak kecil masih suka ngeluh laper dan haus. Suatu hari, guru gue menyarankan, kalau gue nggak tahan di siang hari, boleh dibatalin dulu. Asal jaraknya nggak kejauhan, maka gue diperbolehkan lanjut puasa lagi,” ujar Andra.
Sama seperti Andra, gue pun percaya dan sempat melakukan anjuran ini ha-ha-ha.
3. Nggak boleh berenang!
Mitos satu ini tampaknya masih sering dibahas sampai sekarang. Namanya juga berenang, olahraga yang digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa di dalam air. Air lho, air.
Nggak heran, berenang sejak dulu sering dilarang saat sedang berpuasa. Memang sih, hukumnya kerap dinyatakan sebagai makruh, namun dari pernyataan berbagai ustadz, mereka mengatakan kalau berenang sebenarnya tidak apa-apa, asal air nggak masuk ke dalam perut.
Larangan berenang dari orangtua maksudnya sih baik, karena menghindari kejadian air masuk ke perut secara tidak sengaja. Tapi, kalau dari awal niatnya sudah ngaco -- seperti sengaja berenang agar bisa minum air -- itu beda perkara… ha-ha-ha.
4. Karena setan dikurung, jadi berani tidur sendiri
Tentu sejatinya frasa setan dibelenggu bukanlah sebuah mitos, karena tercantum di dalam hadits. Terlepas dari kaitannya dengan perihal agama, sebagai anak kecil, gue sangat mempercayainya secara harfiah.
Hal ini juga terjadi pada beberapa teman dekat gue. Hasilnya, beberapa di antaranya langsung berani tidur sendirian di kamar.
“Dulu gue berpikir, tandanya nggak ada lagi setan dan hantu yang bergentayangan. Makanya, setiap Ramadan, gue berani melakukan banyak hal sendirian, padahal masih SD. Misalnya tidur di kamar sendirian, ke kamar mandi sekolah sendirian, dan lain-lain,” ungkap Dessy, sambil terpingkal-pingkal.
5. Kalau ngupil, batal!
Nah, ini. ‘Mitos’ satu ini juga kocak. Salah satu hal yang sering disebut saat sedang menjalankan puasa adalah dilarang memasukkan hal-hal ke dalam lubang yang ada di tubuh kita. Padahal, maksudnya adalah makan dan minum.
“Dulu ketika masih kecil ‘kan polos banget, tuh. Hal yang kita pahami ‘kan dilarang memasukkan hal-hal ke lubang. Selain makan dan minum, banyak yang percaya kalau mengupil dan mengorek koping pun bisa bikin puasa batal. Jadi, dulu harus konsentrasi banget setiap hari, jangan sampai khilaf ngupil mendadak,” kata Agung.
Menurut kamu gimana, gaes? Ada ‘mitos’ lain yang kocak nggak ketika kalian masih kecil?