Motor Lagi ‘Didewakan’ Masyarakat, Transportasi Umum Dilupakan?
Ilustrasi (Foto: TMC Polda Metro Jaya)
Uzone.id - Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyoroti angkutan umum di daerah-daerah Indonesia yang perlahan mulai ditinggalkan masyarakat.
Hal itu disebabkan karena masyarakat menganggap sepeda motor sudah seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan.Sehingga, kata Djoko, transportasi umum banyak yang tidak beroperasi lagi di banyak daerah di Indonesia. Andaikan masih ada, angkot-angkot yang tersisa sudah tidak laik operasi karena tidak melakukan uji laik jalan (KIR).
Kalaupun dilakukan KIR, sudah dapat dipastikan Dishub setempat tidak akan mengeluarkan surat lolos uji laik jalan.
BACA JUGA: Yamaha ADV 150 Tampak Sangar, Honda CB150X Bisa Remuk
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini menyampaikan bahwa hal yang sama juga terjadi dengan angkutan pedesaan.
Angkutan pedesaan sempat jadi andalan masyarakat sebelum tahun 2000an. Sayangnya, saat ini sudah banyak desa-desa yang tidak memiliki angkutan pedesaan lagi dan beralih ke sepeda motor.
Djoko menilai, minat masyarakat menggunakan sepeda motor untuk transportasi harian membuat kondisi layanan angkutan umum makin buruk.
“Dampaknya, para pelajar yang berada di pedesaan menuju sekolahnya beralih menggunakan sepeda motor. Demikian pula halnya terjadi di wilayah perkotaan yang sudah punah layanan transportasi umumnya,” kata Djoko menyampaikan kepada Uzone.id.
Motor tengah 'didewakan', lengkap dengan dampaknya
Melihat data penjualan sepeda motor dari situs Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) di tahun 2022, penjualan domestik dari bulan Januari-November mencapai total 4.738.216 unit.
Dari jumlah itu, model skuter merajai angka penjualan dengan porsi 87,84 persen, sedangkan model underbone sebesar 6,28 persen, dan model sport meraih 5,88 persen.
Sedangkan angka penjualan sepeda motor di tahun 2021 totalnya mencapai 5.057.516 unit. Angka tersebut meningkat drastis dibandingkan penjualan di tahun 2020 dengan total 3.660.616 unit.
Di sisi lain, ada pula dampak negatif pertumbuhan tinggi ini nyatanya menyebabkan angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 80 persen dibandingkan kecelakaan yang melibatkan kendaraan lainnya.
“Data dari Korlantas Polri tahun 2020, angka kecelakaan sepeda motor mencapai 80 persen, angkutan barang 8 persen, bus 6 persen, mobil pribadi 2 persen dan lainnya 4 persen,” tutur dia.
BACA JUGA: Kaleidoskop 2022: Perang Honda dan Yamaha Luncurkan Skutik Baru
Pembenahan transportasi umum
Ada paparan data yang disampaikan Djoko, bahwa mulai Juni 2020, angkutan umum di 11 kota sudah mulai dibenahi oleh Ditjenhubdat melalui Program Teman Bus (10 kota) dan BPTJ dengan Program BisKita (1 kota).
Berikut daftar 11 kota tersebut:
- Medan (Trans Metro Deli)
- Palembang (Trans Musi Jaya)
- Bogor (Trans Pakuan)
- Bandung (Trans Metro Pasundan)
- Purwokerto (Trans Banyumas)
- Surakarta (Batik Solo Trans)
- Yogyakarta (Trans Jogja)
- Surabaya (Trans Metro Semanggi)
- Banjarmasin (Trans Banjarbakula)
- Makassar (Trans Maminasata)
- Denpasar (Trans Metro Dewata)
Diketahui, berdasarkan data Ditjenhubdat melalui Program Teman Bus yang dioperasikan di 10 kota, per 1 Oktober 2022 sudah mengangkut 35.638.593 penumpang dengan 49 koridor.
Rata-rata 62 persen pengguna Program Teman Bus adalah peralihan dari pengguna sepeda motor.
Berikut detail peralihan pengguna sepeda motor ke bus umum:
- Trans Musi Jaya: 60 persen
- Batik Solo Trans: 77 persen
- Trans Jogja: 56 persen
- Trans Metro Dewata: 61 persen
- Trans Metro Deli: 52 persen
- Trans Mamminasata: 54 persen
- Trans Banyumas: 66 persen
- Trans Metro Pasundan: 63 persen
- Trans Banjarbakula: 67 persen
- Trans Semanggi Surabaya: 58 persen