Microsoft Gabung ke ‘Geng Boikot’ Facebook
(Logo Microsoft/Unsplash)
Uzone.id -- Perusahaan teknologi Microsoft bergabung ke ‘geng boikot’ Facebook untuk menghentikan iklan digital di platform jejaring sosial tersebut.Awalnya, Microsoft memang sudah menangguhkan iklan digital di Facebook dan Instagram hanya untuk wilayah Amerika Serikat pada Mei kemarin, namun perusahaan pimpinan Satya Nadella ini berencana ini memperpanjang dan memperluas boikot ini ke skala global.
Berbeda dengan alasan beberapa perusahaan besar yang turut memboikot Facebook karena dorongan kampanye anti kekerasan, Microsoft mengaku lebih khawatir mengenai posisi iklannya diletakkan. Misalnya, iklannya malah muncul di konten yang tidak pantas, seperti ujaran kebencian, pornografi, konten terorisme, dan lainnya.
“Berdasarkan kekhawatiran kami sejak Mei lalu, kami menangguhkan semua anggaran iklan di Facebook ataupun Instagram di Amerika Serikat dan selanjutnya kami akan menahan iklan digital untuk kedua layanan secara global,” tutur CMO Microsoft Chris Capossela, seperti dikutip dari Axio.
Baca juga: Unilever Ikut Boikot Tunda Pasang Iklan di Facebook, Ini Alasannya
Capossela juga mengatakan bahwa perusahaan masih berhubungan dengan pimpinan Facebook dan Instagram untuk membahas apa saja kira-kira yang mereka bisa lakukan agar Microsoft bisa kembali sebagai pengiklan.
“Linimasa soal melanjutkan anggaran iklan kami tergantung pada aksi positif yang mereka lakukan, tapi saya memperkirakan penundaan ini akan terus berlanjut sampai bulan Agustus,” lanjutnya.
Sekadar diketahui, Microsoft mengeluarkan dana sekitar USD115 juta untuk iklan di Facebook pada 2019. Sebelumnya, Microsoft juga sempat menghentikan anggaran iklan di Google melalui YouTube dengan alasan yang sama, namun sekarang sudah berlanjut lagi.
Selain Microsoft, deretan perusahaan internasional lain juga mengambil langkah sama, di antaranya Coca-Cola, Unilever, Honda, Ford, Adidas, Puma, Starbucks, Vans, dan lain-lain.
Baca juga: Facebook Redam Aksi Boikot, Beberkan Upaya Tekan Hate Speech
Aksi boikot ini berawal dari kampanye online bertajuk “Stop Hate for Profit” yang menggema di Amerika Serikat. Pada dasarnya, kampanye tersebut mengajak para brand internasional yang terbiasa mengeluarkan anggaran untuk beriklan di media sosial besar, khususnya Facebook, agar menunda aktivitas beriklan pada Juli mendatang. Secara halusnya, mereka meminta solidaritas para brand agar tidak beriklan di Facebook.
Para aktivis merasa Facebook sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan platform raksasa, belum cukup bijak dalam menyikapi peristiwa rasisme yang terjadi di AS.
Dari sini, Facebook dianggap menutup mata terhadap penindasan yang dialami para pejuang keadilan sosial dan rasial di AS.
“Apakah Facebook bisa melindungi dan mendukung pengguna kulit hitam? Bisakah Facebook menyebut penyangkalan Holocaust sebagai kebencian? Bisakah Facebook membantu bersuara? Mereka tentu bisa. Tapi mereka secara aktif memilih untuk tidak melakukannya. 99 persen pendapatan USD 70 miliar Facebook berasal dari iklan. Sekarang para pengiklan akan mendukung siapa? Mari beri pesan kuat untuk Facebook: keuntunganmu tidak akan pernah sepadan dengan mempromosikan kebencian, kefanatikan, rasisme, antisemitisme, dan kekerasan,” begitu tulisan di dalam situs kampanye tersebut.