Merasakan Soto Bebek Bu Siswo yang Sudah Melegenda itu
Uzone.id - Pergelaran Prambanan Jazz 2018 di Komplek Candi Prambanan, Sleman, Jawa Tengah, meninggalkan kesan yang mendalam bagi kami bertiga yang mendapat tugas dari kantor untuk tugas peliputan.
Apalagi, di ajang ini kita tak cuma terbius sama musik yang dimainkan sama para musisi. Itu loh, latar belakang panggung langsung menyorot Candi Prambanan yang begitu memanjakan mata.Kami memang sudah punya ‘hidden agenda’ amat disayangkan kalau sudah menginjakkan kaki di Yogyakarta, gak lengkap rasanya kalau gak sampai berburu beberapa tempat kuliner legendarisnya.
Sebelum bertolak untuk pulang dari Bandara Adi Sucipto, kami sudah punya satu target yang wajib disambangi; Soto Bebek Bu Siswo yang beralamat di Kios Karanglo, Kelurahan Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah.
Soto Bebek Bu Siswo ini sama legendarisnya dengan para pengisi Prambanan Jazz, kayak Boyzone, Dewa 19 ft. Ari Lasso, Gigi hingga Diana Krall.
Oya, kalau kamu ingin mampir ke Soto Bebek Bu Siswo, gak ribet kok nyari alamatnya. Kalau sudah tiba di bandara Adi Sucipto, kamu langsung cuss aja ke arah Klaten dan kayaknya gak perlu belok-bleok.
Patokannya dekat sama pabrik gula Gondang. Pabrik gula ini sudah lama tak beroperasi lagi. Perjalanan kurang lebih 30 menit dari bandara.
Setelah tiba, sebetulnya kami agak ragu ya, karena melihat rumah makannya kok sepi banget. Sudah begitu, dari mulai genting, pintu, meja dan kursinya masih jadul banget.
Daun pintu yang dicat warna merah jambu seakan tak selaras dengan kesan klasiknya. Apalagi banyak cat tembok yang sudah mengelupas.
Setelah masuk rumah makan tak ada seorang pun yang menyambut. Saya langsung berinisiatif jalan ke dapur dan bertemu dengan seorang perempuan setengah baya bernama Titin, yang kemudian diketahui sebagai pemilik. Dia ditemani seorang bapak yang usianya tak muda lagi, yang bertugas sebagai pelayan.
Saat melihat lemari kaca untuk menyimpan racikan makanan kok hampir kosong ya. Apa gak laku ya. Ternyata nih, kata Titin, rumah makannya sudah dibuka sejak subuh dan sebentar lagi akan tutup. Saya lalu melihat jam di ponsel sekitar pukul 12.00 WIB.
Soto bebeknya memang selalu diserbu pelanggan pas waktu sarapan pagi. Wah, untung saja kami datang tak terlambat. Kalau sampai tutup, bakal lama lagi punya kesempatan ke Jogja.
Perut kami sudah kayak dikoyak-koyak karena lapar. Langsung saja deh, pesan soto bebek legendarisnya yang banyak diperbincangkan itu, kemudian bebek goreng bacem, dan bebek bakar.
Penilaian rasa
Ok, pertama kami cicipi soto bebek. Isi soto cukup sederhana, ada sawi putih, toge dan daging bebek yang disuwir-suwir. Pas diseruput kuahnya, hmmm…rasanya segar sih, kaldunya cukup enak.
Tapi, teman saya merasa ada yang kurang, sambalnya kurang pedas. Ya, mungkin karena teman berasal dari Bandung ya, lidahnya memang terbiasa dengan sambal sangat pedas. Untuk rasa, kami sepakat beri nilai untuk soto bebek, 7/10.
Kemudian, bebek bakarnya. Ketika sudah di dalam mulut dan kemudian digigit, hhmm…rasanya empuk banget dan bumbu rempahnya meresap sampai dalam serat daging hingga tulang.
Memang tak terbantahkan sih, bebek bakarnya kalau meminjam istilah pak Bondan, “maknyuss”. Untuk bebek bakar kami sepakat kasih nilai 8/10.
Kemudian bebek goreng bacem. Rasanya agak keras saat digigit dibandingkan bebek bakar. Ini karena perlakuannya digoreng sehingga menjadi kering. Tapi tetap enak sih, kami kasih nilai 8/10.
Kami juga sempat bertanya kepada Titin, resep bebeknya yang begitu enak. Meskipun awalnya Titin berat hati saat ditanya hal ini karena khawatir resep rahasianya terbongkar.
Tapi, sedikit yang diutarakan Titin yakni dia memilih bebek yang sudah afkir alias sudah tak bertelur lagi. Bebek yang berusia tua mengeluarkan banyak kaldu ketika direbus selama 2-3 jam. Itulah kenapa masakan bebeknya terasa gurih namun tetap empuk.
Btw, Soto Bebek Bu Siswo ini memulai usaha sejak 1953. Titin sang pemilik merupakan generasi ketiga. Konon, rumah makannya tak seluas dulu setelah terkena jalur pelebaran jalan.
Bu Siswonya sendiri meninggal pada awal 2000-an dan tak memiliki anak. Usahanya diserahkan kepada keponakannya, Titin.
Titin mengatakan, setiap hari bisa habis 20 ekor bebek . “Tapi kalau lebaran bisa sampai 125 ekor,” kata dia.”Kebanyakan kan datang dari Jakarta liburan ke sini.”
Untuk harga sih, cukup murah untuk rasa yang enak. Nih, lihat saja langsung ya gaes untuk harga makanan dan minumannya.
Ayo, kapan kamu mau ke sini!