Mengenal Fenomena Bubble Burst di Dunia Startup
Uzone.id - Dunia startup Indonesia disebut tengah mengalami fenomena Bubble Burst, hal ini terlihat dari beberapa startup populer yang melakukan PHK pada karyawannya.
Sebut saja startup edukasi Zenius yang memberhentikan lebih dari 200 karyawannya, begitupun dengan startup transaksi digital LinkAja yang kabarnya juga melakukan PHK terhadap karyawannya.Sebagai orang awam, kita mungkin bertanya-tanya, apa itu Bubble Burst?
Secara sederhana, bubble burst ini adalah sebuah situasi dimana sesuatu (dalam kasus ini nilai aset atau startup) dalam keadaan sukses, lalu tiba-tiba berhenti menjadi sukses, dikutip dari Collin Dictionary.
Mengutip dari laman Investopedia, Bubble Burst atau ledakan gelembung adalah sebuah siklus ekonomi yang ditandai dengan eskalasi nilai pasar yang terlalu tinggi dan cepat, namun diiringi juga dengan penurunan nilai dalam waktu yang juga cepat.
Baca juga: Ramai Bubble Burst, Telkom Tak Gentar Investasi di Startup
Biasanya, bubble ini diciptakan oleh lonjakan harga aset yang didorong oleh perilaku pasar yang subur (exuberant). Bubble juga biasanya dikaitkan dengan perubahan perilaku investor, meski begitu hal ini masih diperdebatkan.
Selama waktu bubble, aset biasanya diperdagangkan pada harga atau dalam kisaran harga yang melebihi nilai intrinsik aset, yang mana harga ini tak selaras dengan dasar dari aset ini.
Munculnya berbagai startup hingga bisa dikatakan menjamur, fenomena Bubble Burst ini bukan hal yang mustahil terjadi. Apalagi banyak startup yang bermunculan namun di saat bersamaan banyak juga yang harus undur diri.
Potensi Bubble Burst dapat diperhatikan lewat beberapa hal, seperti strategi ‘Bakar Uang’ yang dilakukan perusahaan startup.
Baca juga: Tentang Startup Lokal PHK Karyawan di Tengah Pemulihan Ekonomi
Salah satu contoh dari strategi ini bisa berupa adanya cashback, diskon, voucher, dan juga free ongkir. Dilihat dari marketing dan kans untuk menarik perhatian banyak konsumen, ini tentu bagus. Namun ini juga akan membebani arus kas dari perusahaan.
Pengalihan arus modal ke Indonesia juga dapat mempengaruhi fenomena ini dimana investor luar negeri berbondong-bondong mengalihkan arus modal ke pasar Asia, khususnya Indonesia. Ini tentu memberikan peluang yang bagus bagi startup di Indonesia.
Namun resikonya, apabila startup ini tak memberikan laba yang diharapkan, maka para investor akan beramai-ramai menarik investasinya dan mengalihkan ke perusahaan atau negara lain yang lebih menguntungkan. Penarikan ini bakal mengguncang kestabilan nilai tukar atau yang dikenal dengan istilah capital outlow.