Home
/
Technology

Mengenal 3 Aplikasi Pengganti FB, WA, dan Google yang Dipakai FPI

Mengenal 3 Aplikasi Pengganti FB, WA, dan Google yang Dipakai FPI

-

Mufti Sholih26 December 2017
Bagikan :

Front Pembela Islam (FPI) mencoba menepati janjinya untuk memboikot media sosial Facebook (FB) saat perayaan Natal 2017, Senin 25 Desember 2017. FPI juga tak jadi berdemonstrasi ke Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi serta kantor Facebook Indonesia sebagai reaksi pemblokiran akun media sosial mereka di Facebook sejak Selasa (19/12/2017).

FPI menjalankan aksi boikot dengan berhijrah dari Facebook, Google, dan WhatsApp ke platform lain. Platform yang dimaksud FPI adalah Redaksitimes.com, Geevv.com, dan Callind.com.

Sekretaris DPD FPI Jakarta Novel Bamukmin menceritakan, promosi tiga platform ini lantaran FPI dan sejumlah alumni 212 kerap diblokir pengelola media sosial, khususnya Facebook dan Twitter.

"Sejak diblokir sudah tidak buat Facebook lagi. Capek. Buat [akun kemudian] diblokir lagi," kata Novel kepada Tirto, Senin siang.

Kekesalan ini membuat mereka mencari platform lain supaya tetap bisa berkomunikasi di dunia maya. Dari hasil pencarian, ditemukan ketiga platform yang dibuat orang Indonesia. Ketiga platform ini, diakui Novel, memang belum sempurna tapi sudah layak untuk digunakan dan bisa dijadikan alternatif selain Facebook, WhatsApp, dan Google yang menurutnya produk Amerika Serikat.

"Cintai produk-produk Indonesia untuk kebangkitan bangsa," kata Novel.

Berikut ini beberapa media sosial yang rencananya menjadi platform baru bagi para anggota dan simpatisan FPI.

Redaksitimes.com

Redaksitimes atau Rtimes merupakan sebuah situs atau aplikasi jejaring sosial  lokal mirip Facebook yang menggabungkan situs berita/media online dengan situs jaringan media sosial. Saat Tirto mencoba laman tersebut sudah terdapat lebih dari 44 halaman dengan jumlah 10 unggahan dalam setiap halaman. Setiap unggahan dalam laman jejaring sosial tersebut umumnya berasal dari akun yang baru aktif dan berisi meme bernuansa FPI atau syiar-syiar Islam.

Tampilan di laman Rtimes pun juga mirip dengan Facebook. Yang membedakan, dashboard Rtimes untuk Personal Computer mirip dengan dashboard Facebook untuk Mobile. Selain itu, kolom komentar dan menyukai (like) masih sangat sederhana dan mirip dengan tampilan Facebook pada 2008. Terkadang, situs jaringan sosial ini juga ngelack seperti handphone Android era awal yang belum di-upgrade.

Saat Tirto mencoba menghubungi admin Rtimes, admin menjelaskan mereka tidak pernah tahu bila FPI mempromosikan situs mereka.

“Kami tidak mengetahui ada ajakan FPI,” kata admin tersebut kepada Tirto.

Geevv.com

Geevv.com merupakan sejenis search engine yang dikembangkan Azka Asfari Silmi bersama Oxdream sejak 2016. Geevv.com mengadopsi konsep milik ecosia.org, sebuah search engine yang juga punya kegiatan donasi pohon di Jerman yang menggunakan database application programming Interface (API) milik Bing. API ini merupakan himpunan kode tertentu yang menjembatani komunikasi antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya.

Tampilan Geevv.com lebih sederhana dari Google, meskipun konsep yang diusung nyaris mirip. Yang membedakan, ada jumlah donasi yang tertera di pojok kanan. Jumlah donasi paling kecil sebesar Rp10 dan akan terus naik jika pengguna terus berselancar di Geevv.com. Jumlah donasi ini juga berbeda dengan yang ada di ecosia.org yang menampilkan jumlah donasi pohon yang disumbangkan di bawah kolom pencarian.

Kepada Tirto, Azka menceritakan Geevv.com sedang berusaha menjadi mesin pencarian daring lokal lantaran banyak pengguna yang mulai mencari alternatif mesin pencarian selain Google. Azka kaget ketika ditanya ihwal kabar mesin pencarian yang digagasnya dipromosikan FPI, ia juga baru mengetahui kabar tersebut dari berita Tirto.

“Ya enggak nyangka sih. Karena enggak kenal dan pernah bertemu sama orang FPI, tapi tiba-tiba dipromosiin,” kata Azka.

CallInd.com

Callind.com memiliki tagline 'Indonesia Memanggil'. Aplikasi ini dikembangkan PT Callind Network International yang berlokasi di Kebumen, Jawa Tengah. Dari keterangan yang dituliskan pengembangnya di Google Play Store, aplikasi ini dikembangkan untuk menjawab kebutuhan berkomunikasi, bukan sekadar untuk chat tetapi bisa untuk telepon, video call, kirim berbagai file, foto, video, dan juga untuk memasang iklan jual atau beli sebuah produk.

Tercatat aplikasi ini masih dalam bentuk versi 0.0.1 dengan pembaharuan terakhir pada 22 Mei 2017 lalu dengan 3.058 pengunduh sampai saat ini. Aplikasi ini berukuran 28,7 MB untuk dapat diunduh. Dengan ukuran file sebesar itu, tak butuh waktu lama bagi Tirto untuk mengunduhnya.

Setelah unduhan selesai, Tirto mencoba membuka aplikasi ini. Aplikasi berlogo menyerupai huruf 'C' ini mempunyai tampilan yang sederhana dengan latar berwarna biru dan tulisan berwarna putih. Sebagaimana WhatsApp, aplikasi ini membutuhkan persetujuan mengakses kontak, suara dan kamera dari gawai untuk menggunakannya.

Aplikasi ini juga meminta penggunanya memasukkan nomor telepon untuk mendaftar. Setelah itu, aplikasi akan mengarahkan penggunanya mengatur profil yang ingin ditayangkan, seperti nama dan foto.

Masalah terjadi ketika mulai mencoba menggunakannya. Aplikasi ini berhenti secara mendadak, lalu tertutup. Saat coba dibuka lagi, aplikasi ini tetap mengalami crash.

Gangguan ini ternyata juga dirasakan oleh pengguna lainnya. Beberapa pengguna mengeluh seringnya aplikasi ini mengalami crash saat digunakan. Mereka juga mengeluhkan jeleknya kualitas tampilan foto profil yang diunggah. Namun, mereka tetap menyatakan kebanggaan dengan aplikasi bikinan Indonesia ini. Aplikasi ini pun mendapat rating 4,2 dari 5 bintang dari penggunanya.

Usaha FPI dan Pengembang Aplikasi Lokal

Promosi FPI ternyata memberi dampak signifikan buat Rtimes dan Geevv. Admin Rtimes menjelaskan, aplikasi jejaring media sosial ini dapat penambahan user yang signifikan sejak Senin (25/12/2017). Jumlah pengguna ini  terekam di statistik mereka selama tiga hari terakhir.  

Menurut admin, lonjakan paling besar terjadi Senin (25/12) yang tercatat mengalami penambahan pengguna baru sebanyak 13 ribu. “Itu yang sudah teregistrasi dan 327 akun yang belum tervalidasi,” ucap sang Admin yang enggan menyebutkan identitasnya.

Admin Rtimes tak menjelaskan lebih jauh berapa banyak pengguna yang sudah terdaftar hingga saat ini. Ia enggan menjelaskan data statistik lebih jauh terkait jejaring sosial mereka.

Kondisi serupa dialami Geevv.com, Azka menjelaskan, server milik Geevv.com sempat down karena server jebol Senin sore (25/12). Ia mencatat, lebih dari 1.200 pengguna per detik yang mengakses Geevv.com. Jumlah pengguna ini berbeda dari hari-hari sebelumnya.

“Langsung jebol. Sekitar pukul 16.00 WIB itu mati sampai sekarang [Senin malam],” ucap Azka.

Azka menjelaskan, jebolnya server Geevv.com juga karena servernya baru dipindah ke Indonesia, sehingga kapasitas pengguna yang berkunjung ke Geevv.com tak mencukupi. “Kami baru pindah, enggak pernah ngetest jadi pas tadi sekalian [mengetahui kekuatan server],” kata Azka menjelaskan.

Soal tanggapan miring dari sejumlah pihak terkait Geevv.com yang masih menggunakan sejumlah infrastruktur dari luar negeri, Azka menanggapi dengan santai. Menurut dia, tanggapan bernada nyinyir biasa diberikan orang Indonesia. Ia hanya keberatan ketika ada pihak yang menyebut cloudflare yang masih menggunakan punya luar negeri.

“Terus aku mesti bikin sendiri? Situs online itu kebanyakan framework itu kan kebanyakan masih bergantung dari luar kan? Kalau kita enggak pakai, kita kan enggak akan ada,” sebut Azka.

Meski begitu, Azka menjelaskan, Geevv.com sedang berusaha menggunakan produk dalam negeri seperti untuk fasilitas email verifikasinya, hanya saja ada sedikit kendala untuk kecepatan jaringan, konfigurasi, dan harga. “Harganya agak mahal [dibanding buatan luar negeri],” kata Azka.

Menguji Klaim Novel

Promosi yang dilakukan FPI ini awalnya buat menghindari pemblokiran yang kerap mereka terima karena dilaporkan sejumlah pihak. Januari 2017, akun Twitter milik FPI juga sempat diblokir. Setelah 11 bulan berselang, giliran Facebook yang memblokir akun milik organisasi yang dipimpin Rizieq Shihab ini.

Pemblokiran yang dilakukan berulang kali ini membikin FPI jengah sehingga membuat mereka berpikir untuk mencari solusi. Setelah mendapatkan solusi, FPI kemudian mempromosikan tiga platform yang dibuat orang Indonesia ini.

Menurut Sekretaris DPD FPI Jakarta Novel Bamukmin, akan ada 50 juta pengguna Facebook dari anggota dan simpatisan FPI hingga alumni 212 di Indonesia yang akan migrasi ke jaringan media sosial yang mereka promosikan. Jika merujuk pernyataan tersebut, 50 juta pengguna yang akan hijrah dari Facebook itu setara dengan 37,04 persen dari 133.574.277 suara sah saat Pemilu Presiden 2014.

Jumlah tersebut itu berselisih kurang sekitar 8 persen dengan jumlah suara yang diperoleh Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tiga tahun lalu. Pada Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta memeroleh 62.576.444 suara atau 45,85 persen dari suara sah tersebut. Klaim Novel soal migrasi dari Facebook ini juga setara dengan 27,38 persen jumlah penduduk Indonesia yang sudah memiliki KTP pada 2015, sebesar 182.588.494 jiwa.

Namun angka-angka itu tentu tak langsung berkorelasi dengan para pengguna media sosial, karena tak semua orang Indonesia memiliki akun di media sosial.

Angka pengguna Facebook di Indonesia diprediksi berkurang padahal saat ini, jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai 126 juta pengguna per 30 Juni 2017. Klaim Novel itu hanya setara dengan 39 persen saja dari pengguna Facebook.
Baca juga artikel terkait FPI atau tulisan menarik lainnya Mufti Sholih

Tags:
populerRelated Article