Membingkai Pesona Desa Tenganan Bali dari Lensa Leica di Xiaomi 14
Xiaomi 14 (Foto: Uzone)
Uzone.id - “Desa ini salah satu desa tertua di Pulau Bali”, begitulah ucapan salah seorang warga Desa Tenganan yang sering disapa bli Goblah kepada kami. Desa Tenganan, atau dikenal dengan Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa adat di Bali yang lokasinya berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Tim Uzone.id diajak oleh Xiaomi Indonesia untuk menjelajahi desa wisata kuno yang masih asri dan kental aspek kebudayaannya ini, sekaligus untuk menjajal kemampuan kamera dari smartphone flagship terbaru Xiaomi 14.Xiaomi 14 bukan saja dilengkapi dapur pacu kencang berkat Snapdragon 8 Gen 3 saja, tapi juga dilengkapi konfigurasi kamera mumpuni, hasil kolaborasi Xiaomi dengan Leica.
Smartphone ini punya tiga kamera belakang, yakni kamera utama 50 MP dengan lensa Summilux khas leica dengan focal length setara 23 mm yang didukung optical image stabilization (OIS), kemudian Leica Telephoto dengan OIS yang setara 75 mm dengan 3,2x optical-zoom, serta Leica Ultrawide 50 MP setara 14 mm.
Kombinasi kamera tersebut dimaksimalkan oleh tone warna yang mirip dengan kamera Leica aslinya, yakni Leica Authentic dan Leica Vibrant. Leica Authentic memberikan kualitas otentik ala kamera Leica dengan warna yang lebih natural, sementara Vibrant memberikan adaptasi warna yang lebih tajam dari biasanya.
Kamera mumpuni ini kami manfaatkan untuk memotret pesona Desa Tenganan Pegringsingan yang lebih dikenal sebagai desa Bali Aga atau desa tua lantaran masih mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat masa pra-Majapahit.
Asri, satu kata yang pas untuk menggambarkan suasana Desa Tenganan ini. Pemandangan alamnya terhampar luas nan indah, rumah adat di Desa Tenganan pun jadi ciri khas dan daya tarik bagi para wisatawan.
“Bangunan di sini gak ada yang bertingkat, tetap mempertahankan adat sejak dulu,” Goblah menjelaskan, sambil berjalan ke arah rumahnya yang menjadi ‘basecamp’ sementara kami selama bersinggah di Desa Tenganan.
Salah satu daya tarik Desa tenganan adalah adat dan budaya yang terus mereka pertahankan sampai sekarang, meski di tengah gempuran modernisasi.
Seperti pakaian adat misalnya, remaja putri di sana akan mengenakan kain tradisional bernuansa keemasan saat digelarnya acara Ayunan Jantra, tradisi yang dilakukan setelah Mekaré-karé atau perang pandan yang rutin digelar setiap bulan Juni.
Mereka juga mengenakan aksesori kepala berwarna emas yang mewah, dengan corak dan detail yang memukau mata.
Diabadikan dengan kamera Xiaomi 14, kami memanfaatkan mode Portrait dengan fitur Master-lens System, kemudian beralih ke focal length antara 50 mm dan 75 mm.
Sesuai arahan Sandi Wijaya, Documenter & Travel Photography yang turut berpartisipasi dalam perjalanan ini, kami juga sedikit menurunkan brightness dan menggunakan filter Leica VIV ataupun Leica BW HC.
Hasilnya seperti di bawah ini. Kamera Xiaomi 14 menciptakan foto dengan detail yang luar biasa dan warna yang dramatis dengan sedikit efek vignette.
Selama di Desa Tenganan, kami seringnya menggunakan mode warna Leica Authentic yang sangat cocok untuk menggambarkan kebudayaan dan pesona desa Bali Aga ini.
Seperti salah satu ciri khasnya, yakni kerajinan tangan tenun kain Gringsing. Tahu enggak, satu kain Gringsing membutuhkan waktu pembuatan sampai satu tahun!
“Kain ini menggunakan warna yang ada di alam,” terang Goblah.
Saking rumit dan lamanya proses pembuatan kain Gringsing, harga kain tenun tradisional ini bisa dibanderol puluhan juta Rupiah.
Detail dari kain Gringsing kami potret menggunakan Leica Telephoto yang punya teknologi Floating Telephoto Lens. Teknologi ini membuat kami dapat memotret seperti memakai lensa tele-macro menggunakan 3,2x optical-zoom dari jarak sedekat 10cm.
Nah, biar gak penasaran dengan pesona Desa Tenganan Pegringsingan di Bali, kalian boleh lihat beberapa foto di bawah ini yang kami abadikan langsung dengan Xiaomi 14 dan no edit!