Melihat Keunikan Gua Batu Cermin di Labuan Bajo
Gua Batu Cermin, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata)
Uzone.id - Gua Batu Cermin sering disebut-sebut sebagai salah satu destinasi yang bisa ditemukan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Namun sedikit yang menceritakan secara detail soal apa saja yang ada di dalam Gua Batu Cermin.Menurut siaran pers dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia, warga sekitar menyebut Gua Batu Cermin sebagai Watu Sermeng. Gua ini memantulkan cahaya di dinding batu, sehingga merefleksikan cahaya kecil ke areal lain dalam gua dan terlihat seperti cermin.
Baca juga: Kuliner Akhir Pekan: Rapokki di An.Nyeong Depok yang Cenderung Manis
Gua ini tak seperti gua-gua lainnya. Gua Batu Cermin mampu meredam bunyi, sehingga kedap suara dan tak ada gema atau gaung dari bunyi apa pun yang ditimbulkan di dalamnya.
Gua Batu Cermin bisa ditempuh selama sekitar lima belas menit dari pusat kota Labuan Bajo. Pengunjung dapat menyambangi gua dengan kendaraan bermotor. Aksesnya relatif mulus. Jalanan beraspal dan deretan bukit hijau serta pepohonan berada di sepanjang jalan.
Di pintu masuk kawasan wisata Gua Batu Cermin, kamu akan menemukan sebuah warung makan dan area parkir yang cukup luas. Udara terik ternyata menjadi sebuah berkah, karena kondisi yang paling tepat untuk mengunjungi gua adalah ketika cuaca cerah.
“Kalau hujan, gua jadi terlalu lembap dan licin,” kata Mario, dalam siaran pers Kemenpar.
Baca juga: Pulau Komodo Ditutup, Ini Alternatif Wisata di Labuan Bajo
Setelah membeli tiket, kamu harus berjalan sekitar 300 meter untuk mencapai gua. Jangan khawatir bakal bosan, karena terdapat deretan pohon bambu yang rimbun dan memanjakan mata.
Sesekali kamu juga bisa melihat beberapa monyet bergelantungan atau sekadar duduk-duduk di kanan-kiri. Tak lama kemudian, terlihat pagar berwarna hijau sekaligus bongkahan batu-batu besar.
Sejarah penemuan gua ini yang pertama kali mendapat perhatian dunia, yaitu pada 1951 berkat penelitian arkeolog sekaligus misionaris asal Belanda, Theodore Verhoven.
“Jutaan tahun lalu, posisi gua ini ada di bawah laut. Dulu, sempat ada pergeseran atau patahan lempeng bumi, lalu terjadi gempa, sehingga ada beberapa wilayah di Pulau Flores yang tenggelam. Ada beberapa juga yang bahkan naik ke permukaan, salah satunya adalah gua ini,” jelas Mario.
Baca juga: Main ke Depok, Yuk Icip Serabi Solo Pondok Cina yang Mirip Notosuman
Untuk memasuki gua utama, kamu harus menaiki tangga yang sudah disemen. Terdapat gua pembuka dengan jalur yang relatif luas dan mudah untuk dilalui. Beberapa pohon terlihat merambat dengan akar yang cukup besar menempel di dinding gua pembuka.
Tepat di bibir masuk gua utama, kamu diminta untuk memakai helm dan menyalakan penerangan di seluler masing-masing. Dari sepuluh pengunjung, hanya dua yang bakal diberikan senter.
“Tidak boleh terlalu banyak penerangan di dalam gua, karena bisa mengubah temperatur udara,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, “Panjang gua kurang lebih 15-20 meter, tapi ada beberapa titik di mana kita harus berjalan merunduk karena posisi stalaktit dan stalagmit cukup rendah. Nanti di dalam ada ruangan besar yang tidak ada cahaya, tapi di bagian yang disebut ‘cermin’ ada cahaya.”
Udara dalam gua cukup lembap meski cuaca cerah karena masih ada beberapa genangan air. Selain itu lantaran bentuk batu yang berpori-pori dapat meredam suara, gua ini tidak bagus untuk memantulkan suara. Namun gua ini bagus untuk memantulkan cahaya.
Baca juga: 3 Pantai Indah di Gangwon, Termasuk Lokasi Syuting Drama Korea Encounter
Alasannya ada di satu titik di mana terdapat lorong buntu, dan di atasnya terdapat celah tempat sebongkah cahaya masuk. Jika momennya tepat, cahaya yang masuk akan terefleksi pada dinding gua dan membentuk cermin alami. Inilah asal-muasal nama Gua Batu Cermin.
“Pantulan sinar matahari di bagian lorong ini bisa menerangi sekitar 60 persen isi gua. Cuma, momen seperti itu memang tidak terjadi setiap hari, tergantung pergerakan bumi dan posisi matahari,” papar Mario.
Kegiatan berwisata di dalam gua bisa menghabiskan waktu sekitar 20-30 menit. Di gua ini juga terdapat fosil fosil penyu dengan posisi terbalik. Keunikan inilah yang menjadikan fosil penyu dengan posisi terbaliktak pernah sepi pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.