Home
/
Entertainment

Mati-Hidup Bisnis Rio Dewanto, dari Beternak ke Jual Kopi

Mati-Hidup Bisnis Rio Dewanto, dari Beternak ke Jual Kopi
TEMPO.CO03 February 2017
Bagikan :

Menjadi aktor layar lebar yang laris tidak menghalangi minat Rio Dewanto untuk menggeluti dunia bisnis. Suami Atiqah Hasiholan ini rupanya malah sudah menjajal berbagai macam bisnis, mulai dari beternak, kuliner, clothing, hingga bisnis binatu (laundry) sepatu. Bahkan, ketika masih duduk di bangku kuliah, ia pernah mencoba berbisnis pembiakan anjing di kos-kosannya.

Kini setelah punya penghasilan sendiri, tekad Rio untuk berbisnis justru semakin kuat. Ia menyadari bahwa berbisnis merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi, menurutnya, dunia hiburan tidak bisa menjamin dirinya untuk selalu berada di atas, terutama karena ada regenerasi dengan kehadiran bintang-bintang baru.


Rio Dewan da bisnis Filosofi Kopi

Berbagai pengalaman pahit dalam berbisnis pun pernah dirasakan pria kelahiran 1987 ini. Tak sedikit dari bisnis-bisnisnya itu yang layu sebelum berkembang.

Namun, dari sekian banyak bisnisnya yang gagal, ada juga sejumlah bisnis yang masih bertahan. Dari yang bertahan itu, yang paling membanggakannya adalah Kedai Filosofi Kopi dan bisnis binatu sepatu Wipe Shoe Treatment. “Keduanya telah berhasil balik modal,” ujar Rio. Padahal, bisnis binatu sepatu belum genap setahun dijalankannya.

Untuk menyiasati peran gandanya, sebagai aktor dan entrepreuner, Rio mengaku punya resep sendiri agar keduanya bisa berjalan beriringan, yakni menjalankannya sebagai usaha patungan. Contohnya, di PT Filosofi Kopi Mandiri, yang menaungi Kedai Filosofi Kopi dan Kopikini.com (portal berita tentang kopi), Rio bermitra dengan aktor Chico Jerikho, sutradara Angga Sasongko, dan produser film Handoko Heryono Hendroyono. Di perusahaan tersebut, ia memegang peranan sebagai direktur pengembangan bisnis, sementara Angga sebagai direktur pengelola, dan Handoko sebagai creative director.

Pola serupa juga diaplikasikan untuk bisnis binatunya yang berada di Kawasan Bintaro. “Dalam berbisnis saya memang lebih suka berkolaborasi,” ujarnya kepada Aulia Dhetira dari SWA. Dengan pola tersebut, ia mengaku bisa lebih leluasa membagi waktu antara kesibukan dunia keartisan dan dunia bisnis.

Untungnya, rekan bisnisnya memaklumi kesibukan Rio. Sejak awal ia telah menekankan bahwa pasti ada waktu di mana ia tidak bisa membantu, lantaran harus sering berada di lokasi syuting. Meski begitu, jika sedang tidak sibuk, ia pasti akan datang ke kantor untuk memantau perkembangan bisnis. “Dalam seminggu dari Senin sampai Jumat saya sibuk mengurus karier acting saya, dari pagi sampai sore. Ketika malam, saya usahakan ke kantor,” katanya.

Dalam perhitungan kasar, menurut Rio, bisnis kopi memberikan omset tertinggi, baru disusul bisnis binatu sepatu. Dalam sebulan, ia mengklaim, kedai kopinya bisa menghasilkan omset sekitar Rp 500 juta atau sekitar Rp 6 miliar dalam setahun. Sementara bisnis binatu sepatu berhasil melewati target 300 pasang sepatu per bulan.

Kegagalan bisnis, menurutnya, telah memberinya pelajaran. Ia ingat betul bagaimana bisnis peternakan sapinya di Purwakarta bangkrut hanya dalam waktu dua tahun. Padahal, waktu itu ia telah membeli tanah seluas satu hektare, plus membangun kandang dan lain-lain.

Dari sana, ia kemudian belajar bahwa penting untuk merekrut profesional yang benar-benar memahami bisnis yang dijalani. Apalagi, jika pemilik tidak bisa mencurahkan waktu sepenuhnya untuk bisnis tersebut. “Bisnis peternakan itu kemudian berhenti karena ternyata effort yang dibutuhkan cukup besar, sementara waktu dan perhatian saya untuk bisnis ini kurang,” ujarnya menjelaskan.

Tak cuma di bisnis peternakan, Rio juga mengaku sempat menelan pil pahit di bisnis kuliner, clothing dan kafe waffle. Bisnis-bisnis tersebut mati sebelum benar-benar bisa berkembang.

Ada lagi cerita yang cukup membekas di ingatannya mengenai bisnis food truck yang dijalankannya dengan seorang teman. Meskipun hubungan antara keduanya awalnya dibangun berlandaskan pertemanan, ternyata toh akhirnya harus berpisah juga. Rio memilih menjual sahamnya di bisnis tersebut lantaran tidak merasa cocok lagi dengan mitra bisnisnya itu. “Saya banyak belajar dari pengalaman-pengalaman (kegagalan) saya,” katanya.

Rio mengaku beruntung, sang istri cukup banyak membantunya dalam mengelola keuangan. Bersama Atiqah, ia berencana membuka bisnis cuci mobil di kawasan Pondok Labu, Jakarta. Kebetulan di sana Atiqah memiliki tanah cukup luas yang letaknyadi pinggir jalan. “Kami juga aktif berinvestasi tanah di beberapa tempat,” ungkapnya.

SWA

Berita Terkait:

populerRelated Article