Lotus Tutup Akhir Bulan Ini, Bagaimana Nasib Karyawannya?
Satu lagi ritel yang akan menutup gerainya di seluruh Indonesia akhir bulan ini, yaitu Lotus Department Store. Sebelum benar-benar tutup untuk selamanya, Lotus melakukan 'cuci gudang' lewat diskon besar-besaran.
Berdasarkan pantauan kumparan (kumparan.com) di Lotus Djakarta Theater, Thamrin, Jakarta, suasana terlihat sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang berlalu-lalang melihat barang. Sementara para karyawan sibuk bebenah dan mengepak barang lainnya."Mau tutup bulan ini, jadi diskon gede-gedean," ujar salah satu karyawan Lotus yang tak mau disebutkan namanya kepada kumparan di lokasi, Minggu (22/10).
Dengan raut wajah pasrah, dia menjelaskan bahwa nasib beberapa temannya pada akhir bulan ini masih belum jelas. Untuk status karyawan tetap, dijanjikan akan mendapatkan pesangon dari perusahaan. Namun untuk yang berstatus kontrak masih belum ada kepastian.
"Saya enggak tahu bagaimana, tapi yang jelas kalau karyawan tetap pasti dapat pesangon. Beberapa karyawan ada yang dikembalikan ke vendor masing-masing," jelasnya.
Sementara itu, seorang satpam yang tak mau disebutkan identitasnya mengatakan, pada akhir bulan ini dirinya akan bekerja di tempat lain, sesuai penugasan dari perusahaan outsource yang mempekerjakannya.
"Kalau saya kan dari yayasan, jadi masih belum tahu kemana. Yang pasti bukan di Lotus lagi, soalnya semua tokonya di Bekasi, di luar kota, kan mau tutup," kata dia.
Kumparan mencoba menghubungi pihak manajemen Lotus di lokasi, namun tak satu pun yang mau memberikan pernyataan. Menurutnya, semua pernyataan perusahaan ada di pihak pusat. "Ke pihak pusat saja ya," tambahnya.
Sementara itu, kumparan juga berusaha untuk menghubungi pihak PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), perusahaan yang mengelola beberapa ritel terkemuka, termasuk Lotus. Namun hingga kini juga belum ada tanggapan dari pihak MAP.
Seperti diketahui, sepanjang tahun ini sudah beberapa perusahaan ritel yang menutup tokonya, mulai dari 7-Eleven hingga salah satu toko Matahari Department Store. Sementara sisanya masih bertahan dengan keadaan yang memprihatinkan.
Alasannya, daya beli masyarakat yang diukur melalui konsumsi rumah tangga tumbuh melambat dari tahun sebelumnya. Selain itu, kini masyarakat lebih senang berbelanja secara online dibandingkan berkunjung ke toko konvensional.