Lima Langkah Mengemil tanpa Rasa Bersalah
Pada dasarnya mengonsumsi camilan atau mengemil adalah salah satu kebutuhan bagi manusia. Jarak panjang antara sarapan dan makan siang serta makan siang ke makan malam akan membuat seseorang membutuhkan camilan untuk sekadar 'mengganjal' perut. Namun beberapa orang akan merasa bersalah setelah mengonsumsi camilan.
Psikolog Tara de Thouars menuturkan bahwa pada dasarnya mengonsumsi camilan adalah hal yang buruk. "Patokan buruknya camilan ketika intensitas makannya berlebihan dan berdampak negatif bagi diri sendiri," kata Tara pada acara 'Snack Talk' oleh Mondelez Indonesia di Bunga Rampai, Jakarta, Kamis (14/12).
Untuk itu, penting bagi seseorang untuk mengendalikan tubuh agar camilan bukan menjadi sesuatu yang harus dimusuhi. Karena yang terpenting adalah menghilangkan kebiasaan mengonsumsi camilan di waktu dan tempat yang salah.
"Ada lima langkah ngemil cermat yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi rasa bersalah ketika mengonsumsi camilan," katanya.
Langkah pertama adalah cek sinyal dalam tubuh. Ada tiga sinyal tubuh yang dapat digunakan sebagai patokan perlu tidaknya seseorang untuk mengonsumsi camilan. Yakni, sinyal mulut, sinyal hati dan sinyal perut. "Ada sinyal lain, seperti sinyal mata, di mana mata tidak menimbulkan sensasi lapar. Juga ada sinyal telinga, seperti ajakan orang untuk makan. Dua sinyal itu tersebut tidak bisa dijadikan keputusan tepat seseorang untuk ngemil," lanjutnya.
Langkah kedua adalah relaksasi. Relaksasi dibutuhkan untuk meyakinkan diri perlu tidaknya mengonsumsi camilan.Karena pada dasarnya emosi dan logika tidak beriringan. "Seorang yang sedang dalam emosi tinggi, maka logikanya akan turun, sehingga orang tidak berpikir jernih ketika sedang emosi, termasuk pada saat mengemil," katanya.
Selanjutnya adalah makan dengan kondisi sadar (mindful snacking). Tara menuturkan bahwa tidak boleh makan sambil melakukan aktivitas yang lain. Karena fokus tidak ada di makanan, melainkan pada kegiatan. "Dengan mindful snacking, kita akan betul betul menikmati makan dan sadar batasan porsi camilan kita, sehingga tidak merasakan bersalah setelah mengonsumsi camilan," kata alumni Universitas Indonesia ini.
Langkah keempat adalah menunggu. Sinyal dari perut menuju otak membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit untuk mengetahui perut kenyang atau belum. Untuk itu pastikan perut dalam keadaan membutuhkan asupan sebelum mengonsumsi camilan.
Terakhir, Tara menuturkan mengenai pentingnya bersyukur. "Bersyukur atas apa yang masuk ke dalam perut. Jangan menyesali camilan yang sudah kita konsumsi karena itu justru berdampak kita akan semakin banyak mengonsumsi camilan," tutupnya.
Dengan lima langkah tersebut, seseorang akan dapat menikmati camilan tanpa merasa bersalah. Pilihan camilan pun tidak akan menjadi masalah jika mengonsumsi dalam batas wajar.