Layanan Dimatikan, Pengguna Bisa Streaming di Hooq Sampai 30 April
-
Uzone.id -- Bagi kalian yang hobi nonton film dan serial di layanan Hooq, keputusan pahit yang harus diambil ini pasti menyedihkan. Namun, minimal pengguna masih bisa menikmati Hooq sampai akhir bulan April.
Dari penuturan Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro, keputusan ini telah ditetapkan pada 13 April 2020.Tampaknya layanan Hooq ini akan resmi berhenti pada Mei 2020, sebab pengguna masih bisa menikmati konten di dalam aplikasi streaming asal Singapura ini sampai akhir April.
Baca juga: Layanan Streaming Hooq Resmi Dimatikan
“Layanan Hooq diperkirakan akan tetap jalan sampai 30 April, namun sejak tanggal 27 Maret sudah tidak ada charging dan aktivasi pelanggan baru,” kata Guntur kepada Uzone.id melalui sambungan WhatsApp, Senin (27/4).
Dia melanjutkan, “untuk pemberhentian operasi kantor, akan mengikuti proses likuidasi di Hooq Digital Pte Ltd.”
Dari pantauan Uzone, aplikasi Hooq juga masih tersedia di platform Apple App Store dan Google PlayStore. Dengan kata lain, pada dasarnya pengguna masih bisa mengunduh aplikasi streaming ini.
Diketahui Hooq Indonesia selama ini menyuguhkan deretan konten lokal yang dekat dengan masyarakat Tanah Air, dari tayangan lawas Warkop, film-film lokal lama maupun baru, hingga serial orisinal.
Baca juga: Efek COVID-19, Pengguna Baru Netflix Tembus 15 Juta
Keputusan ditutupnya Hooq berasal dari kesepakatan yang diputuskan oleh induk Hooq di Singapura. Sebab jika induknya dihentikan, maka Hooq Indonesia turut berhenti. Dari penjelasan Guntur, hal ini dikarenakan content rights dipegang oleh Singapura.
Singtel selaku pemegang saham utama Hooq mengajukan voluntary liquidation, yang berarti ajuan untuk pemberhentian operasional pada Hooq. Keputusan ini terpaksa diambil berdasarkan pada kebijakan bisnis dan ekonomi yang belakangan sedang terpengaruh oleh faktor eksternal.
Meski pandemi corona menjadi puncak dari dampak pemberhentian Hooq, perekonomian di Singapura disebut telah terpengaruh dari perang dagang Amerika Serikat dan China pada pertengahan 2019. Maka, Singtel berupaya untuk memprioritaskan bisnis inti mereka, yaitu telekomunikasi.