Berlomba di kawasaan Eropa Timur itu, Rika dan atlet Indonesia lain benar-benar mendapatan ujian mental akibat kerap batal terbang dikarenakan kecepatan angin mencapai 30 km/jam di lokasi take-off (lepas landas).
Kelas Umum adalah peringkat gabungan semua pilot, baik putri maupun putra. Maka tak heran jika Rika (nilai 3) yang berada di urutan 14 berhasil melampaui kakaknya, pilot senior Joni Efendi, yang berada diperingkat 28 dengan nilai 6.
Rika, 23 tahun, yang mulai berlatih paralayang di usia 16, terinspirasi kakaknya.
Lokasi pendaratan para penggemar olahraga udara di Batu, Malang, Jawa Timur yang dekat dengan rumahnya, membuat Rika jatuh hati pada olahraga terbang yang memakai parasut.
Namun, diakuinya hasil pembinaan mental dari sang kakak yang membuatnya bisa fokus sejak ronde awal di Serbia.
“Kami hanya berkesempatan berlatih sehari sebelum kejuaraan, itupun pagi saja. Saya selalu menganggap tiap ronde adalah ronde terakhir. Mengingat angin cenderung kencang di sore hari, saya berusaha mencapai nilai tertinggi di ronde awal,” ujarnya pada Tagor Siagian, staf Humas Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Strategi Rika terbukti jitu. Di saat pilot-pilot Benua Eropa yang sudah sangat akrab dengan pegunungan Vrsac belum panas, Rika sudah memberikan efek kejut dengan nilai 3!
Begitu ronde kedua tidak bisa dilanjutkan, nilai anak bungsu dari empat bersaudara yang pertama berlomba pada 2013 itu tak terkejar oleh pilot-pilot unggulan.
Nilai merupakan jarak pilot menginjak tanah pertama kali ke titik nol. Jika pilot menginjak tanah 127 cm dari titik nol, nilainya adalah 127.
Karenanya, nilai terkecil justru menentukan juara. Maka, keberhasilan menginjak tepat titik nol menjadi idaman semua pilot.
Selisih satu sentimeter pun menjadi pertaruhan nasib seorang pilot dalam sebuah kejuaraan. Terbukti, dari hasil Seri II di Serbia, selisih nilai para pilot 10 besar sangat tipis.
Jika para pilot Indonesia akan mengikuti seluruh seri PGAWC 2017, kesempatan meraih juara dunia sangat besar.
Banyak pilot unggulan, termasuk para juara bertahan Goran Djurkovic (Serbia/putra) dan Marketa Tomaskova (Rep. Ceko/putri) absen pada Seri I Manado, 17-19 Maret lalu.
Di Serbia pun Goran hanya menempati peringkat ke-9 Kelas Umum. Sedangkan Marketa di posisi ke-8 di Kelas Putri.
Pilot putri Indonesia sempat sangat disegani ketika merebut juara dunia lima tahun berturut-turt, yakni 2010-2014, lewat Ifa Kurniawati (2010), Milawati Sirin (2011), dan Lis Andriana.
Lis, asal Kalimantan Timur, bahkan mencetak hattrick dengan merebutnya tiga tahun secara beruntun, 2012, 2013, dan 2014.
Peluang juga sangat terbuka bagi para pilot putra Indonesia menjuarai Kelas Umum, mengingat hingga Seri II, 9 pilot Merah Putih menempati peringkat sepuluh besar.
Juara Seri I, Rio Indrakusumah, pilot bukan anggota Pelatnas, memang hanya berada diperingkat 14 Seri II. Akan tetapi, ia masih berada di dua besar peringkat keseluruhan sementara.
Hasil Seri II PGAWC Serbia 2017
Kelas Putri
- Rika Wijayanti (Indonesia), Nilai 3
- Ike Ayu Wulandari (Ina), 9
- Milica Marinkovic (Serbia), 9
- Milawati Sirin (Ina), 16
- Nofrica Yanti (Ina), 29
- Eka Nesti Wulansari (Ina), 31
- Diah Kristina Rahayu (Ina), 105
- Marketa Tomaskova (Rep. Ceko), 121
- Lis Andriana (Ina), 165
- Ivana Balakova (Rep. Ceko), 214
Kelas Umum
- Novak Jovan (Serbia)
- Ivan Pavlov (Serbia)
- Valery Tzvetanov (Bulgaria)
Related Article