Kisah Bilqis, 15 Tahun Memburu Pemerkosa dan Pembunuh Keluarganya
Bilqis merasakan luar biasa sakit di sekujur tubuh setelah siuman. Sembari merintih, ia melihat seluruh keluarganya tewas. Wanita itu lantas mencari pakaian untuk menutupi tubuhnya yang bugil. Setelahnya, ia berlari membawa bara dendam: 20 orang pemerkosanya harus mendapat hukuman setimpal!
Sudah 15 tahun silam peristiwa pemerkosaan itu terjadi, 3 Maret 2002. Namun, Bilqis betul-betul masih mengingat rincian peristiwa tragis yang mengubah seluruh kehidupannya.Kala itu, 14 penumpang bus—empat di antaranya perempuan dan empat anak-anak—dibunuh secara keji.
Sementara seorang gadis berusia 19 tahun yang tengah hamil, yakni dirinya, diperkosa oleh puluhan pria dan ditinggalkan begitu saja agar perlahan-lahan mati.
Tapi, gerak sejarah belum mau menerima kematiannya. Bilqis tetap hidup setelah tragedi tersebut, dan hingga 2017 ini, sudah 15 tahun ia terus ”memburu” keadilan.
Perjuangan Bilqis selama lebih dari satu dekade berbuah manis. Kamis (4/5/2017) kemarin, pengadilan tinggi Mumbai memvonis 11 terdakwa pembunuhan keluarga Bilqis sekaligus pemerkosa dirinya dengan hukuman penjara seumur hidup.
Ini kali pertama pengadilan India memvonis bersalah para pria yang terlibat pemerkosaan massal (gang rape) saat kerusuhan. Selain itu, hakim juga menghukum tujuh pria lain yang dinilai mengintervensi kasus tersebut.
Kerusuhan Sektarian
Kehidupan tragis Bilqis bermula dari adanya peristiwa pembakaran kereta api Sabarmati Express di Staasiun Godhra, Gujarat, 27 Februari 2002. Aksi itu menewaskan 59 orang.
Banyak di antara korban adalah peziarah Hindu yang baru pulang dari Kota Ayodhya untuk acara keagamaan. Acara itu sendiri digelar di lokasi Masjid Babri yang dalam persengketaan.
Selang empat hari, insiden pembakaran itu memicu kerusuhan sektarian di Gujarat. Alhasil, ribuan warga Muslim dan Hindu mengungsi, termasuk Bilqis dan keluarganya.
Bilqis sekeluarga menggunakan truk untuk mengungsi. Tapi, dalam perjalanan di desa dekat Kota Ahmedabad, truk mereka diadang 35 orang.
Massa langsung menyerang truk dan menewaskan 14 anggota keluarga Bilqis. Bahkan, putri Bilqis yang baru berusia dua tahun, Saleha, juga dibunuh.
Sementara Bilqis yang hamil lima bulan diperkosa beramai-ramai hingga pingsan. Massa yang melihat Bilqis tak sadarkan diri langsung pergi, berharap perempuan itu mati mengenaskan.
”Tapi, saya masih diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan. Saat siuman, saya bugil, karenanya langsung mencari kain untuk menutupi tubuh. Setelahnya, saya berlari ke perbukitan dan ditolong warga,” terangnya.
Setelah keberaniannya terkumpul, Bilqis melaporkan peristiwa itu ke aparat kepolisian. Setahun tak ada kabar berita, polisi lantas mendatangi Bilqis dengan informasi tak mengenakkan.
”Polisi bilang banyak inkonsistensi dalam kesaksian saya, sehingga pengadilan tidak mau melanjutkan perkara itu. Mereka juga bilang, saya tak punya cukup bukti untuk menuduh warga desa itu,” tutur Bilqis.
Ia tak berputus asa dan berkukuh pembunuh keluarga, anak, dan pemerkosa dirinya harus dihukum. Bilqis lantas mencoba meminta bantuan komisi nasional hak asasi manusia (NHRC).
NHRC lalu membantu Bilqis mengirimkan petisi ke mahkamah agung agar mau menggelar persidangan kasusnya.
Terketuk oleh peristiwa tragis Bilqis, mahkamah agung mengabulkan petisi dan memerintahkan pengadilan menggelar perkara itu per Desember 2003.
Setahun kemudian, persisnya Januari 2004, polisi atas perintah pengadilan menangkap seluruh nama pria yang diidentifikasi dan disebutkan Bilqis sebagai pelaku tragedinya.
Tak hanya itu, polisi juga diperintahkan pengadilan untuk membongkar makam keluarga Bilqis untuk dilakukan autopsi.
Hidup dalam Ancaman
Kegigihan Bilqis memperjuangkan keadilan di India yang terkenal patriarkis, turut berbuah ancaman untuk dirinya sendiri.
”Saya sudah biasa mendapat ancaman dibunuh. Karenanya, dalam dua tahun, saya bisa 20 kali pindah tempat tinggal, untuk menghindari pembunuhan,” tuturnya.
Karena Gunjarat tak lagi kondusif untuknya, Bilqis memohon kepada mahkamah agung agar pengadilan perkaranya dipindah ke luar daerah.
Permintaannya dikabulkan, sehingga pengadilan kasus tersebut dipindah dari Gujarat ke Mumbai, Agustus 2004.
Setelah empat tahun bersidang, hakim akhirnya menyatakan 13 orang dari 20 terdakwa sebagai pihak bersalah dalam peristiwa pembunuhan keluarga serta pemerkosaan Bilqis.
Sebanyak 11 dari 13 terdakwa divonis penjara seumur hidup. Sementara 2 lainnya mendapat hukuman lebih ringan.
Namun, Bilqis maupun kepolisian tidak puas. Mereka mengajukan banding ke pengadilan tinggi Mumbai untuk menambah hukuman terhadap terpidana. Selain itu, Bilqis juga protes hakim membebaskan 7 tersangka lain.
Kamis kemarin, pengadilan tinggi Mumbai menolak permintaan jaksa untuk menghukum mati seluruh terdakwa.
Tapi, hakim mengabulkan permintaan Bilqis, yakni menyatakan 7 orang yang sebelumnya divonis bebas menjadi terdakwa baru.
Kekinian, perjuangan Bilqis tampaknya masih berlanjut.