Kalau Pertalite Dibatasi, yang Untung Konsumen?
Ilustrasi SPBU Pertamina (Foto: Pertamina)
Uzone.id - Pemerintah sedang mewacanakan untuk membatasi pembeli Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di Indonesia. Aturan mengenai penghapusan pertalite sedang dalam proses revisi Perpres 191/2014 yang ditargetkan selesai pada tahun 2024 ini.
Revisi Perpres 191/2014 tersebut akan mengatur mengenai kendaraan apa saja yang boleh membeli Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) alias Pertalite."Kalau enggak, kan rugi, ya rugi pemerintah, kemudian menikmati orang yang enggak tepat. Nanti akan ada kategori kendaraan, kelas mana yang boleh pakai solar, yang boleh pakai Pertalite," ujar Arifin Tasrif selaku Menteri ESDM, Jum'at (8/3) kemarin.
Lantas bagaimana tanggapan dari pabrikan motor soal adanya pembatasan Pertalite ini?
Antonius Widiantoro selaku Asst. General Manager Marketing Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) meyakini pemerintah memiliki dasar alasan kuat untuk membatasi penggunaan Pertalite.
"Itu 'kan kebijakan pemerintah didasarkan dengan alasan yang akurat. Jadi kalau itu menjadi imbauan pemerintah atau itu disahkan menjadi aturan ayng akan diberikan lagi ke konsumen, kami mendukung," ujar Anton di Jakarta.
Menurut Anton, pembatasan pengguna Pertalite justru menguntungkan konsumen. Mengingat bensin dengan RON yang lebih tinggi membuat pembakaran di ruang mesin menjadi lebih baik.
"Konsumen diuntungkan (penghapusan Pertalite) karena pembakaran baik dan mengurangi emisi, terutama motor dengan kompresi tinggi," jelas Anton.
Meski demikian, Anton tetap menyarankan konsumen untuk mengikuti petunjuk yang terdapat pada buku manual dari masing-masing motor untuk mengetahui jenis BBM yang sesuai.
Perlu diketahui, Pertamina memiliki program langit biru yang menghasilkan BBM lebih bersih. Pertamina juga berencana menaikkan produk RON 90 ke RON 92 pada 2024 mendatang.
"Sehingga nantinya tahun depan hanya ada tiga produk, yang pertama adalah Pertamax Green 92 dengan mencampur RON 90 dengan 7 persen etanol kita sebut e7, kedua adalah Pertamax Green 95 mencampur Pertamax dengan 8 persen etanol, ketiga adalah Pertamax Turbo,"ujar Nicke Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina saat rapat dengan Komisi VII pada 2023 silam.