Jika ‘Investor Zombie’ Mulai Menjangkit, Startup Harus Gimana?
Ilustrasi foto: BBC Culture
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.
Uzone.id – Habis tech winter atau startup bubble burst, kini terbit istilah baru yang disebut investor/venture capital (VC) zombie. Namanya masih memiliki esensi horor, lantas perlukah ekosistem startup waspada?Bagi yang belum pernah mendengar, istilah “zombie” dalam dunia bisnis menggambarkan perusahaan yang masih menghasilkan uang namun terlilit utang yang sangat banyak, sehingga mereka hanya bisa melunasi biaya tetap dan bunganya saja.
Sehingga, istilah “investor zombie” ini singkatnya memiliki arti kondisi di mana dana pengelolaan mereka semakin tipis.
Kemudian, para pengamat memprediksi bahwa perusahaan VC atau investor yang menyandang status “zombie” akan semakin besar dalam beberapa waktu ke depan jika melihat suku bunga yang makin tinggi dan isu resesi.
Untuk mempertahankan bisnis, seperti perusahaan zombie lainnya, biasanya investor zombie ini akan juga melakukan efisiensi terkait kegiatan operasional mereka.
Akibatnya, besar kemungkinan dukungan yang dapat mereka berikan kepada startup yang menjadi portofolio mereka akan berkurang. Hal ini tentu berdampak negatif bagi para startup tersebut.
Oleh karena itu, ketika mencari pendanaan dari investor, startup perlu juga untuk melakukan due diligence atau memeriksa kesehatan si investor tersebut. Beberapa hal yang dapat digali di antaranya sebagai berikut.
Pertama, tren pendanaan mereka satu atau dua tahun terakhir. Investor zombie biasanya tidak terlalu aktif dalam berinvestasi dibandingkan dengan investor lainnya.
Kedua, seberapa besar dan aktif tim yang mereka miliki. Jika mereka memiliki tim cukup besar dengan banyak di antaranya bekerja secara full-time, besar kemungkinan mereka bukan investor zombie.
Ketiga, aktivitas lain yang mereka lakukan. Meskipun bukan jaminan, namun investor yang banyak mengadakan event yang bereputasi, mengeluarkan report yang berkualitas baik, dan melakukan hal-hal lain yang berkontribusi terhadap industri biasanya menandakan bahwa mereka bukan merupakan investor zombie.
Bagaimana apabila startup terlanjur diinvestasi oleh investor yang di kemudian hari tergolong zombie?
Jika startup tersebut berkembang dengan baik, maka salah satu opsi yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan kepada si investor untuk menjual saham mereka di startup tersebut kepada investor lain yang dapat lebih mendukung kemajuan statup ke depan.
Dari sisi si investor, apabila mereka dapat exit dengan return atau nilai yang baik, hal ini bisa jadi mendorong mereka untuk keluar dari status zombie – dengan memperoleh profit dari exit tersebut dan, atau menjual kisah exit ini kepada partner mereka untuk menyuntikkan dana tambahan di investor tersebut.