Jangan Salah Kaprah, Ini Perbedaan Laptop Merah Putih dan Laptop Pelajar
Foto: Laurin Scheuber/Unsplash
Uzone.id -- Sepekan belakangan ini kalangan masyarakat Indonesia dibikin penasaran dengan proyek pemerintah yang diberi nama “laptop merah putih”, yang kemudian dibarengi oleh kabar laptop pelajar yang akan disediakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).Nyatanya keduanya adalah proyek yang berbeda. Proyek laptop-laptop ini memang sempat ramai dibicarakan netizen lantaran spesifikasi produk yang beredar di media sosial dan dianggap kemahalan. Mereka menyoroti hard-disk yang cuma 32GB dengan harga laptop yang digembar-gemborkan akan berkisar Rp10 jutaan.
Jadi begini.
Beberapa waktu lalu, Mendikbudristek Nadiem Makarim sempat menyebut bahwa pemerintah mengalokasikan dana Rp2,4 triliun untuk pengadaan laptop bagi sekolah di Indonesia. Hal ini telah diatur di dalam Permen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2021.
Baca juga: Proyek Laptop Merah Putih Gaet 3 Kampus untuk Kembangkan Software
Dana tersebut kabarnya akan mengatur rencana pembiayaan bagi 16.713 sekolah berupa 284.147 laptop produksi dalam negeri dengan sertifikat TKDN, peralatan pendukung seperti 17.510 wireless router, 10.799 proyektor dan layar, 10.799 konektor, 8.205 printer, dan 6.527 scanner.
Proyek ini dicapai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan rencananya diberikan ke sekolah-sekolah di Tanah Air yang dianggap belum memiliki perangkat teknologi memadai. Dengan kata lain, pemerintah akan menghibahkan laptop tersebut ke pihak sekolah, bukan per siswa.
Dari penuturan Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek, M. Samsuri, mengatakan harganya tidak harus sampai Rp10 juta dan Chromebook. Menurutnya, memang ada spesifikasi minimal yang disebutkan di Permendikbud Nomor 25 Tahun 2021, namun tetap Pemda dapat membeli sesuai kebutuhan.
Lalu apa itu “Laptop Merah Putih”?
Dari penjelasan Samsuri, proyek Laptop Merah Putih lebih ke dorongan produksi laptop lokal melalui konsorsium beberapa perguruan tinggi di antaranya ITB, ITS, dan UGM.
Konsorsium ini diakui telah menyiapkan peta jalan, desain produk, dan nantinya terlibat penuh dalam produksi laptop bersama dengan industri mulai 2022. Kabarnya, pelajar SMK dan mahasiswa perguruan tinggi vokasi juga dilibatkan untuk proses perakitan sampai purnajual.
“Masih taraf riset, nanti dalam proses lelang itu nanti vendor yang melakukan,” ungkap Samsuri kepada Detik.com.
Baca juga: Dipasarkan 2022, Laptop Merah Putih Diberi Merk 'Dikti Edu'
Masih dari Samsuri, meski namanya laptop, produk finalnya akan berupa tablet. Jika laptop pelajar Kemendibukristek tersebut untuk sekolah dasar (SD) sampai SMA, Laptop Merah Putih ini menyasar kampus.
Tetap menjunjung tinggi TKDN, tingkat lokal di tahun 2021 ini memiliki persentase 25 hingga 30 persen. Kabarnya, TKDN Laptop Merah Putih pada tahun depan persentasenya bisa mencapai lebih dari 40 persen, serta pada 2023 memiliki persentase 40 hingga 65 persen.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, pemerintah akan meningkatkan pengadaan produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) buatan lokal untuk sektor pendidikan Indonesia. Tak main-main, anggaran yang disediakan mencapai Rp17 triliun.
Dari penuturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pengadaan produk TIK lokal ini akan diadakan hingga 2024. Menurutnya, belanja produk TIK buatan lokal masih rendah jika dibandingkan produk impor.
Rencananya, produk laptop lokal ini merknya akan diberi nama “Dikti Edu”.
VIDEO: Review Realme C25s, Sekenceng Apa?