Ini Strategi Instagram Agar IGTV Bisa Bersaing dengan YouTube
-
(IGTV pertama kali diperkenalkan/dok. TechCrunch)
Uzone.id -- Setelah penantian panjang selama dua tahun hadir di ranah digital, akhirnya Instagram akan memasukkan iklan di platform IGTV. Salah satu tujuannya tentu saja untuk bersaing langsung dengan YouTube.Dari penjelasan COO Instagram Justin Osofsky, sebagai langkah awal, pihaknya baru memilih sekitar 200 mitra kreator yang akan mengunggah video di IGTV lengkap dengan iklan. Sembari mengembangkan fungsi iklan di IGTV agar dapat dinikmati lebih luas lagi, Instagram bakal mengedepankan moderasi.
Yup, moderasi ini bertujuan agar video-video yang dimonetisasi di IGTV tidak sembarangan dan merugikan pihak mitra iklan Instagram.
Baca juga: Fitur Guides di Instagram, Bantu Atasi Kecemasan Selama Pandemi
Moderasi inilah yang menjadi senjata utama bagi IGTV agar bisa sukses dan dapat bersaing dengan YouTube, mengingat ada beberapa perbedaan mendasar antara dua platform ini seperti format dan tingkat popularitas.
Format video di IGTV memang diutamakan berbentuk vertikal ketimbang lanskap seperti halnya YouTube, format yang dianggap masih butuh penyesuaian bagi penonton hingga para kreator itu sendiri untuk membuat konten. Selain itu, moderasi juga penting bagi Instagram agar para brand semakin tertarik mengiklan di IGTV ketimbang YouTube.
Demi menjamin semuanya berjalan dengan lancar, IGTV berencana untuk memastikan agar konten-konten monetisasi tersebut menarik dan menghasilkan views tinggi dan dapat berinteraksi dengan iklan yang muncul.
Baca juga: Perlukah Kode Etik untuk YouTuber?
Instagram juga bakal meyakinkan para brand yang mengiklan bahwa iklan mereka tidak akan muncul di video tidak senonoh. Bagaimana caranya?
Mengutip The Verge, Osofsky menjelaskan bahwa akan ada kebijakan monetisasi khusus yang berbeda dari kebijakan konten secara umum di dalam platformnya. Salah satu contohnya, kreator tetap boleh berkata kasar di dalam video biasa, namun hal ini langsung dilarang jika kreator ingin memonetisasi kontennya.
Belajar dari YouTube
Kebijakan IGTV tersebut diakui Osofsky juga belajar dari pengalaman YouTube yang pernah kehilangan mitra iklan.
Jika kalian masih ingat, pada 2019 para pengiklan menarik uang mereka karena adanya laporan yang berisi tentang pedofil memanfaatkan video anak-anak dan menggunakan kolom komentar untuk membicarakan tubuh anak kecil tersebut.
Para pengiklan kala itu mengatakan, masalahnya bukan terletak di video, namun di bagian komentar tidak senonoh tersebut. Brand menjadi dirugikan karena iklannya muncul di video yang telah dinodai oleh pedofil.
Osofsky juga mengatakan, Instagram masih menggunakan tim manusia untuk mengulas tiap video IGTV yang ingin dimonetisasi selama fase pertama, bukan teknologi AI. Ke depannya, Instagram berharap dapat memanfaatkan kombinasi ulasan manusia dan software.