Home
/
Digilife

Ini Hoax Paling Fatal Terkait Virus Corona di Indonesia

Ini Hoax Paling Fatal Terkait Virus Corona di Indonesia
Siti Sarifah02 March 2020
Bagikan :

(foto: Pixabay.com)

Uzone.id - Indonesia sampai saat ini memang masih negatif kasus virus corona. Namun hoax yang tersebar justru membuat kepanikan dimana-mana. Malah ada salah satu hoax terkait virus corona yang dianggap cukup memberikan dampak yang hebat.

Hoax tersebut adalah terkait dengan evakuasi WNI dari Wuhan yang kemudian memunculkan banyak protes dari warga setempat. Hal ini diungkap oleh dr. Mahesa Paranadipa, MH, dalam seminar yang digagas Hops.id di Jakarta, Sabtu, 29 Februari 2020.

"Paling mengkhawatirkan, saat evakuasi ratusan WNI dari Wuhan ke Natuna. Warga menolah para WNI tersebut di evakuasi di dekat wilayah mereka. Sampai-sampai ada isu mau eksodus. Ini hoax yang saya anggap benar-benar parah," ujar Mahesa.

Baca juga: Anak Steve Jobs Tak Dapat Warisan

Kala itu, memang warga ditakut-takuti dengan informasi adanya penyebaran virus corona melalui udara. Inilah yang membuat penolakan besar-besaran.

Padahal virus tersebut jelas-jelas bisa menular jika ada kontak langsung dengan pasien, khususnya melalui cairan yang keluar dari tubuh mereka.

Namun begitu, Mahesa tidak menyalahkan warga yang percaya hoax. Mahesa justru menganggap aksi tersebut sebagai akibat dari ketidaktahuan mereka, tidak jelasnya informasi yang didapat. Dan yang terpenting, karena pemerintah yang kurang menyebarkan informasi.

Baca juga: Penjualan Samsung Galaxy S20 Lesu

Kegaduhan dan misinformasi dari hoax yang beredar pun saat ini terus terjadi. Yang terbaru, kata Mahesa, terkait dengan adanya ungkapan yang menyebut jika ada warga Indonesia yang dipantau dan diawasi terkait virus corona.

Padahal dipantau atau diawasi bukan berarti warga tersebut positif virus Covid-19. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam pemberitaan media menjelaskan dua sebutan itu diberikan bagi warga yang sakit dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit.

Yang diawasi adalah mereka dengan sakit yang berat seperti radang paru-paru atau yang punya tanda-tanda mirip dengan corona. Sedangkan yang flu ringan, batuk dengan demam, punya riwayat perjalanan ke luar negeri adalah kelompok yang dipantau selama 14 hari atau sampai gejalanya sembuh. Setidaknya sampai hasil lab negatif.

"Makanya, ketika ada informasi yang beredar, pemerintah harus cepat merespons. Respons time itu sangat penting karena akan berdampak domino jika tidak langsung dikonfirmasi," ujar Mahesa.

populerRelated Article