Home
/
Startup

Ini Dampak Pembangunan Bukit Algoritma Sukabumi, Silicon Valley-nya Indonesia

Ini Dampak Pembangunan Bukit Algoritma Sukabumi, Silicon Valley-nya Indonesia

Tomy Tresnady12 April 2021
Bagikan :

Kantor Apple di Silicon Valley (Foto: Carles Rabada / Unsplash) 

Uzone.id - Kawasan Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, akan dibangun Bukit Algoritma yang digadang-gadang menjadi Silicon Valley-nya Indonesia.

PT Amarta Karya (Persero) bersama Kiniku Bintang Raya KSO dan PT Bintang Raya Lokalestari dilaporkan media online telah menandatangani pembangunan Bukit Algoritma pada Rabu (7/4/2021).

Bukit Algoritma nantinya menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan menempati lahan seluas 888 hektare. Pembangunannya sendiri akan menyedot investasi 1 miliar euro atau sekitar Rp18 triliun. Dana tersebut juga dipakai untuk peningkatan kualitas ekonomi 4.0.

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudistira, mengatakan bahwa ide pembangunan Sillicon Valley versi Indonesia ini bisa menarik investasi dengan penerapan teknologi 4.0.

"Maka dampaknya bukan hanya pada efisiensi, daya saing dan kenaikan output produksi tapi juga dampak terhadap peringkat inovasi Indonesia di level dunia," tutur Bima kepada Uzone.id, Senin (12/4).

BACA JUGA: Apa Itu Bukit Algoritma Sukabumi yang Mirip Silicon Valley?

Bima menambahkan, berdasarkan data Global Innovation Index 2020, peringkat Indonesia ada di urutan ke-85 dari 131 negara.

"Komponen infrastruktur menduduki peringkat 80 di mana dengan adanya KEK industri 4.0 bisa ditingkatkan lagi," kata dia.

Kemudian, lanjut Bima, peringkat innovation linkages atau jaringan inovasi antara lembaga penelitian dan perusahaan Indonesia ada di urutan ke-71.

"Harapannya, hak paten peneliti yang dijamin tentunya dengan proses pendaftaran paten yang cepat akan menguntungkan periset sendiri sehingga semakin banyak talent riset yang berkembang," ungkapnya.

Selain itu, Bima juga membeberkan data yang menyebutkan jumlah peneliti dibandingkan 1 juta populasi di Indonesia baru 216 orang. Menurut Bima angka itu termasuk rendah karena kurangnya perlindungan terhadap paten dan insentif yang dibutuhkan.

"Sebagai perbandingan Malaysia memiliki 2.396 orang peneliti per 1 juta penduduk," ungkapnya.

Investor Bukit Algoritma

Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko mengatakan kepada media bahwa pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan para investor Bukit Algoritma.

Kepada investor, Indonesia menawarkan investasi awal dengan nilai 1 miliar euro. Nilai tersebut bisa ditingkatkan sesuai dengan pengembangan ekosistem value chain yang akan dikerjakan secara bertahap.

Budiman menyebut investor yang berminat ada yang dari Eropa Barat, Amerika Utara, Timur Tengah dan dua negara di Asia.

Satu dari dua negara di Asia itu berminat untuk mengisi tenan dalam pengembangan riset energi baru dan terbarukan. Kemudian, satu negara lainnya berminat menanamkan modal untuk mengembangkan kawasan dengan nilai investasi dengan nilai 200 juta euro.

“Yang sudah menyatakan minat ada salah satu negara Eropa Barat, kemudian Timur Tengah, dan dua negara Asia,” terang Budiman.

VIDEO 5 Hal yang Paling Gue Suka dari Samsung Galaxy A72

populerRelated Article