Ilmuwan Ungkap Sumber Suara Misterius di Kedubes AS di Kuba
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Havana, Kuba, sempat dihebohkan oleh suara misterius yang menyebabkan beberapa staf mereka jatuh sakit pada 2016. Para pekerja kedutaan mengaku mendengar suara seperti cuitan, dengungan, gesekan, dan ada rasa seperti hembusan angin di sekitar mereka.
Gejala yang muncul bagi mereka yang mendengarkan adalah sakit kepala, gangguan keseimbangan, dan gangguan tidur. Tidak diketahui sebenarnya apa penyebab maupun penyakit yang diderita. Namun pada 2017 dokter menemukan ada perubahan di otak para karyawan yang merasakan gejala tersebut, terutama pada bagian white matter.Hal ini sempat membuat hubungan Amerika Serikat dan Kuba bersitegang. Muncul dugaan Kuba menggunakan senjata sonik untuk membuat warga AS di sana sakit. Kementerian Luar Negeri AS meminta seluruh staf dan keluarganya meninggalkan Kuba pada September 2017 dan travel warning pun dikeluarkan bagi warga AS yang hendak ke Kuba.
Sejak saat itu, penelitian untuk mencari tahu penyebab suara misterius terus dilakukan, hingga misteri itu akhirnya mulai terkuak setelah riset terbaru berhasil mengidentifikasi sumbernya. Menurut hasil riset yang dipublikasikan di BioRXiv pada 4 Januari 2019, suara tersebut ternyata dihasilkan oleh jangkrik.
Peneliti menganalisis rekaman suara yang diambil oleh salah satu staf kedutaan di Kuba, yang dibagikan ke Associated Press. Hasil analisis sinyal akustik dari suara tersebut menunjukkan kemiripan dengan suara serangga, dan lebih rinci, suara yang dimaksud berasal dari jangkrik buntut pendek Hindia (Anurogryllus celerinictus).
Peneliti mendeskripsikan suara tersebut sebagai suara berdengung dengan frekuensi 7 KHz atau 7.000 siklus per detik. Suara tersebut mirip dengan suara jangkrik buntut pendek Hindia dari segi durasi dan tingkat pengulangan bunyinya.
Perbedaannya adalah suara rekaman yang diambil oleh staf kedutaan lebih tidak teratur, sementara suara jangkrik liar biasanya lebih seragam. Hal ini diduga terjadi karena rekaman suara jangkrik diambil di dalam ruangan, sehingga suara menjadi bergema dan iramanya tidak teratur.
"Hal ini merupakan bukti kuat bahwa suara jangkrik yang bergema, bukan serangan sonik atau perangkat teknologi lainnya, yang bertanggung jawab atas suara dalam rekaman yang dirilis," tulis para peneliti, seperti dikutip dari Live Science.
Sayangnya, Live Science memberi catatan, riset ini hanya menjelaskan asal suara dari rekaman yang disebarkan melalui AP, dan belum ada penjelasan apakah suara ini berkaitan dengan gejala penyakit yang muncul pada para staf kedutaan.