Home
/
Health

Hindari Cekcok, Siapkan Psikologis Sebelum Menikah

Hindari Cekcok, Siapkan Psikologis Sebelum Menikah

Gloria Safira Taylor16 June 2017
Bagikan :

Pasangan yang hendak menikah biasanya akan melakukan persiapan sebelum hari istimewa itu berlangsung.

Persiapan yang mungkin dilakukan sejak satu tahun atau beberapa bulan sebelum hari pernikahannya pasti mencakup biaya menikah.

Namun, terkadang persiapan dari sisi materi itu dapat membawa perselisihan antara kedua belah pihak, seperti tragedi yang terjadi beberapa waktu lalu yang membuat sang calon suami, Martinus Asworo membunuh calon istrinya, Chatarina Wiedyawati.

Asworo, demikian biasa dia dipanggil, membunuh Catharina sebelum terwujudnya rencana foto pra-wedding mereka yang dijadwalkan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejauh ini, polisi menduga motif pembunuhan terkait dengan dana pernikahan yang sedang mereka kumpulkan untuk menikah 5 September mendatang.

Menurut Psikolog Elizabeth Santosa, tekanan menjelang pernikahan memang sering kali terjadi. Hal itu biasanya terjadi karena kurangnya persiapan psikologi antara keduanya.


"Kita ini kan tidak pernah tahu motif pembunuhan yang sebenarnya. Stres dan tantangan hidup ini besar dan setiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi tekanan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (15/6).

Tragedi yang menimpa Catharina bukan pertama kalinya. Elizabeth mencontohkan, dirinya pernah menangani kasus serupa tahun 2016. Namun, saat itu calon mempelai pria justru menculik seorang anak dan meminta tebusan untuk biaya pernikahan.

Salah satu penyebabya adalah tekanan ekonomi. Elizabeth menilai, saat seseorang sudah siap dari psikologis maka dia akan dengan mudah menghadapi tekanan ekonomi yang begitu berat.

"Yang penting dipersiapkan adalah persiapan psikologi. Walaupun finansial itu penting tapi itu masih bisa dicari solusinya. Pentingnya persiapan psikologi untuk menghadapi perselisihan," ucapnya.


Selain itu, Elizabeth mengatakan, persiapan psikologi juga penting untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang tidak jauh dari konflik. Saat perselisihan itu terjadi, kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah tanpa harus terjadi tindak kekerasan.

Meski demikian, tradisi menikah setiap insan memang berbeda. Elizabeth mengatakan, setiap pasangan harus menentukan pilihan untuk melakukan pernikahan secara sederhana atau mewah.

Meski tidak bisa dipungkiri akan terjadi campur tangan keluarga besar, kata Elizabeth, sepasang kekasih itu tetap harus mengambil kendali supaya tidak terjadi intervensi.

"Yang satu misalnya mau mewah, yang satu nggak mewah, nah itu harus dicapai kesepakatan karena dapat membawa malapetaka kedepannya," tuturnya.


Elizabeth mengatakan, jika pasangan menikah secara sederhana dapat dilakukan dengan pernikahan tamasya. Pernikahan model ini adalah kedua pasangan tidak akan melakukan pesta tetapi akan mengalihkan dananya untuk melakukan perjalanan wisata.

Jika pasangan ingin melakukan pra-wedding, Elizabeth mengatakan, dapat dipikirkan terlebih dahulu berapa biaya yang dikeluarkan jika menggunakan jasa fotografer.

Jika memang dana tidak mencukupi, pasangan tidak perlu melakukan pra-wedding karena tidak terlalu berpengaruh pada pernikahan.

"Jadi kembalikan lagi makna dari pernikahan yaitu menyatukan kedua insan, yang lainnya bisa jadi nomor dua. Kalau keduanya kompak dan sehati, saya yakin tantangan apapun pasti ada solusinya," tuturnya kemudian.

Berita Terkait

populerRelated Article