Hati-Hati, 4 Game Anak Ini Jadi Sasaran Empuk Penjahat Siber
Uzone.id — Tahun 2022, pakar keamanan siber Kaspersky menemukan fakta bahwa penjahat dunia maya meluncurkan lebih dari 7 juta serangan terhadap anak-anak yang bermain game.
4 game populer seperti Roblox, Minecraft, Fortnite, dan Apex Legends dijadikan umpan dengan modus kejahatan phising yang menargetkan anak-anak di antara usia 3 hingga 16 tahun.Teknik rekayasa sosial ini melibatkan penawaran untuk mengunduh cheat dan mod populer untuk game. Di situs phishing, pengguna mungkin mendapatkan panduan lengkap tentang cara memasang cheat dengan benar.
Selain itu, mereka juga menampilkan instruksi khusus yang menekankan perlunya menonaktifkan antivirus sebelum menginstal file, yang menjadi celah agar malware masuk dengan mudah pada perangkat.
Baca juga: Deretan Game Gratis dengan Grafis Tinggi di Steam
Melansir dari laporan Kaspersky, Sabtu, (04/03), pada tahun 2022, sebanyak 232.735 gamer menemukan hampir 40.000 file, termasuk malware dan aplikasi yang berpotensi berbahaya dan disamarkan sebagai permainan anak-anak paling populer.
Secara total, lebih dari 878.000 halaman phishing dibuat untuk game seperti Roblox, Minecraft, Fortnite, dan Apex Legends pada tahun 2022.
Di periode yang sama sebanyak 40 ribu gamer muda juga mencoba untuk mengunduh file berbahaya yang meniru Roblox. Di Indonesia sendiri, pengguna terkena dampak mencapai 1279 dengan sebanyak 11294 kasus infeksi terdeteksi selama tahun 2022 lalu.
Berhubung anak-anak biasanya menggunakan ponsel orang tua, maka dari itu para penjahat siber menargetkan mereka untuk mencuri data kredensial hingga data kartu kredit orang tua.
Baca juga: 10 Senjata Terbaik di PUBG Mobile, Dijamin Easy Win!
Mereka biasanya menjangkau perangkat orang tua dengan cara membuat situs game palsu yang menarik minat pengguna anak-anak, yang selanjutnya meminta mereka untuk masuk pada halaman phishing dan mendownload file berbahaya.
Menurut pakar keamanan Kaspersky, Vasily M. Kolesnikov, penjahat siber ini menganggap anak-anak dan remaja memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali pengalaman atau pengetahuan tentang jebakan penjahat dunia maya dan akan dengan mudah tertipu bahkan dengan skenario yang paling primitif sekalipun.
Maka dari itu, orang tua harus mendampingi anak-anak, mengajarkan mereka agar tidak berbagai informasi sensitif, menjelaskan soal keamanan siber dan memasang solusi keamanan terpercaya.