Hal-hal Penting yang Wajib Diketahui Startup B2B
Foto ilustrasi: Uzone.id/Vescha Permata Sari
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, Fajrin Rasyid.
Uzone.id – Model bisnis B2B dan B2C memang berbeda jauh, dan hal ini juga merambah ke sektor startup. Tak semua startup itu ‘harus’ B2C hanya karena ingin menawarkan solusi nyata di tengah masyarakat.Memang banyak anggapan kalau model bisnis B2B terkesan kaku, ‘serius banget’, dan kesempatan mendapatkan popularitas seperti halnya startup B2C tidak besar-besar amat. Startup B2B fokus pada layanan yang mereka kembangkan yang nantinya akan dijual ke pelaku bisnis lain atau perusahaan.
Padahal, pertumbuhan bisnis B2B di Indonesia ternyata diprediksi ke depannya akan lebih cepat daripada pertumbuhan bisnis B2C. Sehingga, dalam beberapa tahun ke depan ukuran pasar bisnis B2B akan lebih besar daripada B2C.
Tentunya ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh founder startup B2B agar dapat berkembang dengan baik.
Hal yang paling mencolok salah satunya terkait membangun awareness. Dalam membangun awareness startup B2C, biasanya yang dikejar adalah viral, baik melalui promosi maupun endorse dari influencer. Di B2B, hal ini sedikit berbeda. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu membangun brand sebagai thought leader atau pakar di bidang tersebut.
Sebagai contoh, apabila kita membangun startup B2B di bidang big data, maka penting bagi kita untuk membuat tulisan di dalam media atau menjadi pembicara dalam seminar atau event terkait big data.
Hal ini karena besar kemungkinan audiens dari media atau event tersebut merupakan pengambil keputusan di perusahaan dalam menggunakan produk big data tadi. Dengan cara ini, startup B2B akan berada di top of mind mereka.
Contoh lain adalah terkait referral. Biasanya startup B2C akan menawarkan referral code atau semacamnya kepada konsumen yang mempromosikan produk kepada jejaring mereka. Pada startup B2B, salah satu bentuk referral yang efektif adalah melalui testimoni dari pelanggan.
Misalnya, kita membuat startup B2B yang menargetkan pasar pemerintah daerah. Jika kita berhasil membuat salah satu pemda, atau pemkot Surabaya untuk menjadi pelanggan, maka kita dapat meminta testimoni mereka ketika kita menjual produk kepada pemkot/pemda lain.
Surabaya saja sudah menggunakan, mosok kota/kabupaten bapak/ibu tidak menggunakan?
Hal lain yang membuat startup B2B berbeda dengan startup B2C yaitu terkait pengeluaran. Biasanya, startup B2C membutuhkan dana besar untuk melakukan kegiatan pemasaran. Di startup B2B, biasanya tidak terlalu besar dana yang dibutuhkan untuk ini.
Namun, startup B2B biasanya mensyaratkan produk yang berkualitas agar pelanggan yakin untuk menggunakan produk kita. Oleh karena itu, kita perlu mengalokasikan dana untuk mengembangkan produk dengan baik.
Selamat membangun startup B2B!