Gonjang-ganjing Startup Octopus: Nunggak Gaji dan ‘Ghosting’ Karyawan
Foto: Founder Octopus (Dimas Ario, Hamish Daud, Niko Adi Nugroho, dan Moehammad Ichsan
Uzone.id — Masih ingat dengan startup Octopus besutan Hamish Daud dan kawan-kawan yang sempat jadi perbincangan karena tak sanggup membayar gaji karyawan? Well, permasalahan startup ini hingga saat ini masih terus berlanjut.
Desember 2023 lalu, startup lokal ini banyak dibicarakan karena adanya dugaan tunggakan gaji karyawan dan para Pelestari atau pengepul sampah di platform Octopus. Hal ini sempat dibantah oleh CEO Octopus yaitu Moehammad Ikhsan pada Januari 2024 lalu.Ikhsan mengatakan bahwa keterlambatan gaji ini dikarenakan transisi fokus bisnis perusahaan yang kini beralih ke bisnis B2B.
7 bulan berlalu, startup pengelolaan sampah ini dilaporkan masih belum melakukan pembayaran gaji pada ratusan pekerjanya. Bahkan, beberapa co-founders-nya disebut telah menonaktifkan LinkedIn mereka dan menghilang dari para pekerja.
Melansir dari Techzi, Selasa, (16/07), CEO Octopus Moehammad Ichsan, tidak merespons para karyawan sejak pertengahan bulan Mei lalu, meskipun sebelumnya ia telah memberikan jaminan bahwa pembayaran gaji akan segera dilakukan.
Sementara itu, gaji yang tercatat belum dibayar oleh Octopus mencapai Rp7 miliar pada ratusan karyawan mereka.
Selain dibayang-bayangi tunggakan gaji para karyawan, nasib Octopus juga semakin di ujung tanduk, pasalnya potensi akuisisi oleh perusahaan sampah lainnya seperti Waste4Change dan Plastic Finance tak kunjung muncul dan bahkan tak ada kemajuan.
Octopus sendiri baru didirikan pada tahun 2021 lalu, demi memenuhi hutangnya pada para karyawan, perusahaan telah menjual asetnya. Sayang, dana yang terkumpul hanya mencakup 5 persen dari gaji para karyawan.
Salah satu yang menyebabkan kehancuran startup Octopus ini adalah perekrutan karyawan yang berlebihan dimana dalam satu tahun (Juli 2022-Juli 2023), jumlah pekerja di Octopus meningkat 400 persen.
Faktor lainnya adalah pemberian kompensasi yang terlalu banyak sehingga menyebabkan uang tunai Octopus menipis. Manajemen perusahaan juga dianggap tidak transparan dan tidak membagikan data keuangan kepada staf, sehingga menghambat implementasi anggaran.
Penundaan gaji ini juga menyebabkan para karyawan mengambil tindakan hukum terhadap Octopus untuk memperjuangkan hak-hak mereka.