Face Recognition Diramalkan Bisa Gantikan Check In PeduliLindungi
Uzone.id – Selama pandemi, kemajuan penggunaan teknologi digital begitu terasa, sampai-sampai di tempat umum kita harus melakukan check-in terlebih dahulu melalui aplikasi untuk memastikan apakah kita layak dan diperbolehkan masuk.
‘Keribetan’ ini sebenarnya bukan untuk mempersulit masyarakat, namun justru sebagai tanda bahwa aplikasi digital sangat membantu proses verifikasi tiap individu yang berkaitan dengan status kesehatannya sejak pandemi.Melalui aplikasi PeduliLindungi, data mengenai kesehatan masyarakat yang melingkupi status swab PCR, positif Covid-19, hingga vaksinasi semuanya terintegrasi di dalamnya berkat sinkronisasi dengan Kementerian Kesehatan.
Proses check-in melalui PeduliLindungi ini pun sebagai bentuk upaya untuk menjalankan ‘new normal’ dengan lebih hati-hati dan menyaring orang-orang yang sekiranya tidak layak berada di luar rumah jika memang belum melakukan vaksin atau dinyatakan positif Covid-19.
Baca juga: Xendit Genjot UMKM Go Digital di 2022
Teknologi ini ke depannya diprediksi akan cepat berevolusi.
“Biasanya masalah yang terjadi di perkembangan teknologi adalah enforcement dan regulasinya. Untungnya pemerintah pusat melalui PeduliLindungi akhirnya bisa sustained dan menjalankannya untuk pengendalian Covid-19. Persoalan sustainability, dalam hal ini protokol kesehatan itu penting untuk masyarakat,” ungkap Kepala BLUD Jakarta Smart City, Yudhistira Nugraha dalam diskusi virtual yang digelar oleh Nodeflux pada Kamis (16/12).
Menurutnya, cara kerja PeduliLindungi saat ini memang sudah cukup efektif, serta masyarakat sudah terbiasa dengan prosedur check-in sebelum memasuki gedung atau tempat umum.
“Contact tracing itu penting, tapi sangat mungkin ke depannya proses check-in check-out itu menjenuhkan. Mal-mal besar masih konsisten menjalankan memang, tapi bagaimana dengan mal di pinggiran. Di sini menurut saya peran AI bisa hadir dan dapat membantu,” kata pria yang akrab disapa Yudhis itu.
Ia menyambung, “AI dalam bentuk face recognition misalnya, ini akan sangat berguna dan orang jadi tidak perlu check-in lagi. Setelah memindai wajah, nanti ‘kan bisa ada semacam alert yes or no, atau dikategorikan berdasarkan warna mengenai status si orang itu. Warna merah, ya tidak bisa masuk, misalnya.”
Hal yang ditekankan Yudhis, jika memanfaatkan teknologi AI, tandanya harus ada integrasi data dan layanan yang selalu stabil serta mumpuni agar saat implementasi tetap membuat masyarakat merasa dipermudah.
Ia juga tetap memastikan apabila teknologi AI dalam bentuk face recognition benar-benar dihadirkan di aplikasi penting seperti PeduliLindungi, tentu saja tetap membutuhkan pekerja manusia sebagai petugas yang memantau proses verifikasi.
Baca juga: 15 Aplikasi yang Bisa Scan QR Code PeduliLindungi
“Memanfaatkan AI terasa lebih mulus, jauh lebih efektif, akurat, dan tentunya tetap membutuhkan pekerja manusia sebagai petugas. Pemanfaatan AI juga akan sangat banyak nantinya untuk pengendalian Covid, khususnya dalam menyesuaikan layanan dengan behavior masyarakat,” tutup Yudhis.
Perbincangan Yudhis di forum gubahan Nodeflux ini tentu sejalan dengan implementasi Smart City di Indonesia.
Nodeflux sendiri merupakan startup Indonesia yang fokus pada pengembangan teknologi AI. Berdiri pada 2016, produk AI yang telah dijalankan Nodeflux mencakup Smart City dan pengenalan wajah, alias facial recognition.
Nodeflux sendiri berjalan di teknologi Computer Vision, tak heran jika proyeknya kebanyakan memang untuk Smart City melalui bantuan pengawasan kota dengan perangkat CCTV. Di industri AI, Computer Vision memiliki rentetan tantangan besar karena ia mereplika cara kerja dan otak manusia.
Di tahun 2021 ini, Nodeflux mengatakan ingin fokus mengembangkan model AI yang dapat diluncurkan dan digunakan untuk daerah-daerah terpencil.