Dituding Memihak Gegara Hapus Konten Palestina, Ini Kata Facebook dan Instagram
Foto: dok. Unsplash
Uzone.id -- Sejak beberapa hari belakangan dunia dihebohkan oleh konflik Palestina dan Israel, dan seperti biasa jika ada isu global menyeruak, tentu jagat media sosial turut bising. Facebook dan Instagram pun dianggap bias alias tidak netral di tengah bentrokan yang terjadi.Jejaring sosial Facebook dan Instagram dikecam banyak netizen dari seluruh dunia karena menyensor bahkan menghapus postingan yang berbau serangan Israel terhadap Palestina, khususnya terkait penggusuran warga Palestina dari Yerusalem Timur.
Kemudian tak lama setelah itu, sebuah komunitas pembela hak data mengaku khawatir jika algoritma di Facebook dan Instagram sedang bersikap diskriminatif. Mereka pun menginginkan transparansi yang lebih jelas dari perusahaan teknologi ini.
Mengutip Reuters, warga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah, area yang diklaim oleh para pemukim Yahudi, memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan protes mereka saat terjadi penggusuran. Namun, beberapa saat kemudian mereka sadar kalau postingan mereka, dari foto ampai video hilang dengan sendirinya, alias dihapus sejak pekan lalu.
Kemudian organisasi nirlaba 7amleh yang fokus di isu media sosial mengaku telah menerima lebih dari 200 keluhan dari netizen yang mengalami hal sama, yakni postingan mereka yang terkait dengan penggusuran telah dihapus dan akun yang ditangguhkan sementara.
“Di Instagram kebanyakan konten serupa dihapus, bahkan arsip dari Stories yang sudah lama juga dihapus. Kalau di Twitter banyak akun yang ditangguhkan,” tutur Mona Shtaya selaku penasihat advokasi di 7amleh.
Dari sini media sosial populer tersebut dianggap bias dan memihak pihak tertentu.
Belum lama, Instagram, Facebook, dan Twitter mengatakan kalau penyebabnya berasal dari kesalahan teknis dari sistem otomatis layanannya. Mereka mengatakan kalau masalah ini sudah selesai dan konten yang sempat dihapus kini sudah kembali.
“Kami mohon maaf atas apa yang terjadi. Khususnya mereka yang di Kolombia, Yerusalem Timur, dan warga asli yang merasa kalau ini adalah penindasan yang disengaja terhadap suara dan cerita mereka. Itu sama sekali bukan maksud kami,” ungkap pihak Instagram.
Kendati begitu, pihak 7amleh, Acces Now, dan kelompok hak asasi digital lainnya mengaku tidak terima dengan penjelasan tersebut. Mereka menuntut agar penyedia layanan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram menggunakan transparansi dan kebijakan moderasi yang masuk akal.
“Masalah ini belum selesai. Kami menuntut kejelasan dari penyensoran ini, dan gangguan sistem tidak lagi bisa diterima sebagai alasan,” ungkap Marwa Fatafta, seorang penasihat kebijakan Timur Tengah dan Afrika Utara dari Access Now.
Keluhan lain juga datang dari jurnalis asal Palestina, Hind Khoudary yang mengaku tetap tidak bisa membuka arsip Instagramnya yang berisi tentang penggusuran di area Sheikh Jarrah.
“Saya sudah mematikan ponsel dan koneksi WiFi, saat menyalakannya lagi, tetap saya postingan saya masih dihapus,” tuturnya.
Seperti diketahui, konflik antara Israel dan Palestina kembali memanas sejak Senin (10/5). Hal ini dipicu saat warga Israel ingin menyatakan ingin memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa untuk memperingati pendudukan wilayah Yerusalem.
Kepolisian Israel sudah melarang warga masuk ke kompleks masjid karena sedang Ramadan. Kemudian ratusan warga Palestina menyambangi masjid dan melempari batu ke arah petugas keamanan. Bentrokan pun terjadi.
Tercatat serangan udara Israel menewaskan 32 orang Palestina di Gaza. Peristiwa ini dianggap menjadi serangan paling berat sejak perang 2014 di Gaza.